Mohon tunggu...
CYNDI AGUSTINA 111211209
CYNDI AGUSTINA 111211209 Mohon Tunggu... Model - Mahasiswa

Cyndi Agustina Universitas Dian Nusantara NIM 111211209 Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Bisnis Mata kuliah Leadership Nama dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kepemimpinan Ranggawarsita

1 Oktober 2024   01:12 Diperbarui: 1 Oktober 2024   06:10 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


" Diskursus Kepemimpinan Ranggawarsita "


Ranggawarsita, seorang pujangga besar Jawa dari abad ke-19, dikenal melalui karya-karya sastranya yang mengandung ajaran filsafat, budaya, dan nilai-nilai moral. Kepemimpinan menurut pemikiran Ranggawarsita erat kaitannya dengan konsep spiritualitas, etika, dan tanggung jawab moral. Diskursus tentang kepemimpinan yang diusung oleh Ranggawarsita seringkali dipengaruhi oleh situasi sosial-politik di Jawa pada masa itu, terutama dalam menghadapi kolonialisme dan perubahan sosial yang cepat.


Kepemimpinan dalam budaya Jawa mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan kebijaksanaan, etika, serta harmonisasi antara manusia, alam, dan Tuhan. Salah satu tokoh yang menjadi pilar dalam diskursus kepemimpinan tradisional Jawa adalah Ranggawarsita, seorang pujangga besar yang hidup pada abad ke-19. 

Melalui karya-karyanya, khususnya Serat Paramayoga, Ranggawarsita menggambarkan konsep kepemimpinan yang tidak hanya bersandar pada kekuasaan, melainkan juga pada tanggung jawab moral dan spiritual. Diskursus kepemimpinan ini juga berkaitan erat dengan Serat Wedotomo karya KGPAA Mangkunegara IV, yang menyoroti tatanan moral dan etika bagi seorang pemimpin.

Konsep Kepemimpinan Ranggawarsita

Kepemimpinan menurut Ranggawarsita bukanlah sekadar tentang kekuasaan atau kemampuan mengarahkan orang lain. Lebih dari itu, kepemimpinan adalah tanggung jawab yang melibatkan keharmonisan antara pemimpin dengan alam, masyarakat, dan Tuhan. Dalam Serat Paramayoga, Ranggawarsita menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus menjalani kehidupannya dengan prinsip memayu hayuning bawana, yaitu memperindah dan menjaga dunia melalui tindakan yang bermanfaat dan bermakna.

Seorang pemimpin yang ideal harus menjalankan kewajibannya dengan lima prinsip utama:


1. Hanguripi (menghidupkan):
Memberikan kehidupan bagi masyarakat dan lingkungan.


2. Hangrungkepi (berkorban):
Siap berkorban demi kebaikan bersama.


3. Hangruwat (memberi solusi): 

Menghadirkan solusi bagi masalah yang dihadapi masyarakat.


4. Hananta (menata): 

Mampu mengatur dan menata kehidupan sosial serta alam sekitar.


5. Hamengkoni(memberi pamong): 

Menjadi pengayom dan pelindung bagi rakyatnya.

Selain itu, prinsip kepemimpinan dalam budaya Jawa selalu berkaitan dengan konsep spiritualitas dan etika. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan sembah raga (penghormatan fisik), sembah cipta (pengendalian pikiran), sembah jiwa (penguatan spiritual), dan sembah rasa (pengendalian rasa). Keempat sembah ini adalah dasar bagi seorang pemimpin untuk menjaga keseimbangan antara dirinya, rakyatnya, dan alam.

 Pentingnya Kepemimpinan Berdasarkan Nilai-Nilai Ranggawarsita

Konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh Ranggawarsita relevan tidak hanya dalam konteks tradisional Jawa, tetapi juga dalam kepemimpinan modern. Pada dasarnya, nilai-nilai yang diusung oleh Ranggawarsita mencerminkan pentingnya integritas, tanggung jawab moral, dan etika dalam menjalankan kekuasaan.

 - Mengapa Konsep Ini Relevan?

   Dalam konteks modern, kepemimpinan sering kali diidentikkan dengan kekuasaan politik, pengaruh ekonomi, atau kemampuan untuk mengendalikan organisasi. Namun, konsep kepemimpinan Ranggawarsita menawarkan perspektif yang berbeda. Kepemimpinan yang ideal bukanlah tentang mengumpulkan kekuasaan, melainkan tentang melayani dan mengayomi. 

Hal ini sangat relevan dalam menghadapi krisis kepemimpinan di banyak negara di mana korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan merajalela. Nilai-nilai seperti aja dumeh (jangan semena-mena), eling lan waspada (selalu ingat dan waspada), dan manjing ajur ajer (melebur dengan tulus dalam masyarakat) menekankan pentingnya etika dan kejujuran dalam kepemimpinan.

-  Pentingnya Tanggung Jawab Sosial dan Ekologis

   Salah satu kontribusi penting dari diskursus kepemimpinan Ranggawarsita adalah tanggung jawab sosial dan ekologis. Ranggawarsita mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus menjaga alam dan lingkungan, serta tidak boleh serakah dalam memanfaatkan sumber daya alam. Konsep hamemayu hayuning bawana mengajarkan pemimpin untuk selalu memperindah dunia, bukan merusaknya. Ini sangat relevan dalam konteks krisis lingkungan saat ini, di mana pemimpin diharapkan memainkan peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Implementasi Kepemimpinan Ranggawarsita dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penerapan konsep kepemimpinan ala Ranggawarsita dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik oleh individu maupun organisasi. Berikut adalah beberapa langkah konkret untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut:

1. Menjaga Keseimbangan antara Tugas dan Moral

   Seorang pemimpin harus mampu menyeimbangkan tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaannya dan tanggung jawab moralnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Ini berarti bahwa keputusan yang diambil harus mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya kepentingan kelompok atau individu tertentu.

2. Mengayomi dan Melayani

   Pemimpin harus selalu siap mengayomi rakyatnya, memberikan perlindungan, dan memberikan solusi yang adil. Pemimpin tidak boleh hanya berfokus pada kekuasaan, tetapi juga pada kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Prinsip hanguripi dan hamengkoni menuntut pemimpin untuk bersikap seperti orang tua yang mengasuh dan melindungi anak-anaknya.

3. Menginternalisasi Nilai-Nilai Spiritual

   Kepemimpinan yang diajarkan oleh Ranggawarsita sangat terkait dengan spiritualitas. Pemimpin harus selalu eling lan waspada—ingat akan tanggung jawabnya di hadapan Tuhan, rakyat, dan alam. Sebelum membuat keputusan besar, seorang pemimpin harus melakukan sembah rasa, yaitu merenungkan perasaannya dan dampak dari tindakannya terhadap orang lain.

4. Menerapkan Prinsip Ekologi dalam Kebijakan

   Krisis lingkungan global saat ini membutuhkan pemimpin yang mampu mengimplementasikan kebijakan yang berpihak pada alam. Dalam ajaran Ranggawarsita, seorang pemimpin harus memperlakukan alam seperti keluarganya sendiri. Alam dipersonifikasikan sebagai "Bapak Angkasa" dan "Ibu Pertiwi", sehingga pemimpin harus menjaganya dengan penuh tanggung jawab.

5. Menghindari Sikap Arogan dan Sombong

   Pemimpin yang baik harus bisa menghindari sikap arogan (aja dumeh) dan tidak mudah terpesona oleh kekuasaan. Dalam kepemimpinan Jawa, ada ungkapan bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa—yang berarti bahwa seorang pemimpin harus selalu bisa merasakan dan memahami keadaan rakyatnya, bukan hanya merasa diri paling bisa dan berkuasa. Sikap rendah hati ini penting dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat.

Kesimpulan

Kepemimpinan ala Ranggawarsita menawarkan pandangan yang mendalam dan komprehensif tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap dan bertindak. Melalui karya-karyanya, terutama Serat Paramayoga, Ranggawarsita menekankan bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab moral dan spiritual, bukan hanya tentang kekuasaan. 

Pemimpin yang ideal adalah mereka yang mampu menjaga keseimbangan antara tugas, etika, dan spiritualitas.Di dunia yang semakin kompleks ini, diskursus kepemimpinan Ranggawarsita menjadi relevan untuk menghadapi tantangan sosial, politik, dan lingkungan. Nilai-nilai seperti hamemayu hayuning bawana, eling lan waspada, dan aja dumeh harus menjadi pedoman bagi para pemimpin modern agar dapat menciptakan dunia yang lebih adil, harmonis, dan lestari.

astra brata/via tumblr.com/wiraputratama
astra brata/via tumblr.com/wiraputratama

serat paramayoga/AI
serat paramayoga/AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun