4. Hananta (menata):Â
Mampu mengatur dan menata kehidupan sosial serta alam sekitar.
5. Hamengkoni(memberi pamong):Â
Menjadi pengayom dan pelindung bagi rakyatnya.
Selain itu, prinsip kepemimpinan dalam budaya Jawa selalu berkaitan dengan konsep spiritualitas dan etika. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan sembah raga (penghormatan fisik), sembah cipta (pengendalian pikiran), sembah jiwa (penguatan spiritual), dan sembah rasa (pengendalian rasa). Keempat sembah ini adalah dasar bagi seorang pemimpin untuk menjaga keseimbangan antara dirinya, rakyatnya, dan alam.
 Pentingnya Kepemimpinan Berdasarkan Nilai-Nilai Ranggawarsita
Konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh Ranggawarsita relevan tidak hanya dalam konteks tradisional Jawa, tetapi juga dalam kepemimpinan modern. Pada dasarnya, nilai-nilai yang diusung oleh Ranggawarsita mencerminkan pentingnya integritas, tanggung jawab moral, dan etika dalam menjalankan kekuasaan.
 - Mengapa Konsep Ini Relevan?
  Dalam konteks modern, kepemimpinan sering kali diidentikkan dengan kekuasaan politik, pengaruh ekonomi, atau kemampuan untuk mengendalikan organisasi. Namun, konsep kepemimpinan Ranggawarsita menawarkan perspektif yang berbeda. Kepemimpinan yang ideal bukanlah tentang mengumpulkan kekuasaan, melainkan tentang melayani dan mengayomi.Â
Hal ini sangat relevan dalam menghadapi krisis kepemimpinan di banyak negara di mana korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan merajalela. Nilai-nilai seperti aja dumeh (jangan semena-mena), eling lan waspada (selalu ingat dan waspada), dan manjing ajur ajer (melebur dengan tulus dalam masyarakat) menekankan pentingnya etika dan kejujuran dalam kepemimpinan.
- Â Pentingnya Tanggung Jawab Sosial dan Ekologis