Mohon tunggu...
Christine Setyadi
Christine Setyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - a mother of two yang lagi bucin dengan kisah-kisah sejarah

to write is to heal and empower.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita tentang Kemarin

24 Desember 2022   20:47 Diperbarui: 24 Desember 2022   20:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan

Badannya kurus

Terhitung kecil,  seperti anak usia 15-san

Masih tinggian saya, yang berarti tingginya mungkin sekitar 155 cm.

“Berapa usiamu?” Tanya saya.

“24”, ia menjawab

“Kamu minat kerja di sini kalau gajinya cocok?”

“Mau … mau,” dagunya mengayun ke bawah tanda mengangguk.

Entah kenapa, saya merasakan keraguan dari cara tubuhnya berbahasa. Bisa jadi ia sungkan sama majikan tempatnya bekerja saat ini.

Saat itu ia mengenakan jaket warna hitam. Bahannya model tebal seperti untuk menghangatkan badan. Tidak rombeng atau pudar warnanya, tapi seperti tidak nyambung dengan kesehariannya yang berpanas-panas mengantar dan mengangkat galon air isi ulang.

Celananya saya tidak terlalu perhatikan. Pengamatan itu mungkin tertutup gara-gara kekagetan saya akan perawakannya.

Saya pikir badannya akan setidaknya gagah berisi, pikir saya dalam hati.

“Kamu sekolah?”

“Saya sekolah  SMP lulus, bu…” (dia tidak meneruskan)

Matanya memang tidak pernah melihat saya langsung, selalu ke arah lain.

Tapi kali ini ia menjawab sambil menunduk

“Kamu sekolah sampai SMP?”

“Iya”

“Ya ga papa, saya bertanya saja”

“Adik atau kakak, punya?”

“Adik, bu”

“Sekolah?”

“Masih sekolah”

“Ibu?”

“Ibu rumah tangga”

“Ayah?”

“Ayah kerja di bengkel”

“Ayahmu punya gaji tetap?”

“Kalau lagi rame, lumayan … tergantung … “

Tiba-tiba saja ia mengangkat telepon di handphonenya tanpa permisi ke saya yang sedang berbicara dengannya.

Hm, seperti kurang tahu tata krama anak ini

Saya biarkan

Saya rasa bukan soal ia tidak tahu sopan santun, tetapi karena tidak ada sekitarnya yang mencontohkan dan mengajari

Lagi-lagi perawakannya masih membuat saya terkejut

Wajahnya tirus, kecil

Giginya kuning tak terawat, bahkan gigi depannya ada yang sudah somplak dan copot

Kulit wajahnya hitam akibat rutin terbakar matahari, beberapa jerawat bertamu di situ

Rambutnya kekuningan, macam anak kampung yang suka main panas-panasan dan berenang di kali

Pekerjaannya setahun terakhir mengantar galon air isi ulang

Satu hari katanya, rata-rata ia bisa antar 40 sampai 50 galon

Menggunakan motor butut nan rombeng milik bosnya

Pantaslah tampilannya begitu

Sehari-harinya ia berpanas-panasan di jalan dari pagi sampai sore

Belum lagi kalau hujan

Belum lagi berpeluh mengangkat galon isi air yang kalau penuh beratnya 19 kilogram

“Ya sudah,´ kata saya, ´kamu sudah oke dengan gaji yang saya tawarkan bukan? Mulai di awal tahun ya. Kamu bisa bilang dulu ke bosmu yang sekarang pelan-pelan bahwa kamu niat berhenti.´

´Iya bu,´ angguknya

Ia keluar dari ruangan tempat kami bicara

Sosoknya memberikan saya sebuah perenungan

Anak ini, di usianya yang masih muda, mungkin terkejut dengan susahnya hidup

Terlahir dalam keluarga yang berkekurangan

Yang entah apa nafkah lahir atau batin yang sanggup orangtuanya beri

Mungkin saja ia terpaksa mengalah berhenti sekolah, supaya sang adik bisa bersekolah

Yang pasti, ia nampak terkejut, sekali lagi, dengan susahnya hidup

Yang walau sudah berpanas panas berlelah-lelah bekerja, hasil yang didapat jauh dari yang ia butuh

Minimal untuk makan layak tiga kali sehari

Dengan beban kerjanya yang berat, namun dengan badannya yang begitu kurus tak terurus, entah apa yang ia sanggup beli untuk ia makan sehari-harinya

Mungkin ia pernah menangis sejadi-jadinya

Mungkin ia pernah merenung, apakah hidup akan seperti ini seterusnya

Yang pasti ia tahu, ia harus berjuang untuk bertahan

Meski cuma nafas yang sebenarnya tersisa

Kemiskinan itu nyata

Kesusahan itu nyata

NYATA

Selamat Natal 2022

(Christine Setyadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun