Ia menggeleng. Aku menatapnya dengan heran. Ia balas menatapku.
“Bagaimana penampilanku?” ia berputar di depanku.
“Kalau aslinya sudah cantik, mau seperti apapun tetaplah cantik.”
“Ada yang berubahkah di mata Papa?”
Entah kenapa aku merasa kali ini tatapannya jauh lebih genit daripada biasanya. Diam-diam aku merasa sedikit risih. Oh Tuhan.. ampuni perasaanku ini..
“Banyak,” gumamku kemudian. “Tadi ke salon ya? Ngecat rambut?”
Ia kelihatan tak puas mendengar ucapanku. Sebelum ia sempat bicara lagi, Threes tiba-tiba saja menyeruak di tengah kami. Entah dari mana asalnya. Tanpa tedeng aling-aling, ditatapnya Marina dari atas ke bawah.
“Mamaku ke mana?” cetusnya.
Bagai emoticon, Marina memutar bola matanya.
“Kamu amnesia?” tanyanya, terlihat jengah ditatap Threes sedemikian rupa.
Anak gadisku meringis geli, kemudian ngeloyor pergi begitu saja. Kudengar Marina menghela nafas panjang. Kugamit lengannya, masuk ke kamar. Sambil melepaskan sepatu dan kaus kakiku, kutatap ia.