Sejak Februari 2019, komunitas ini sudah mentradisikan masak bareng, baik di Yogyakarta maupun di Grigak, Gunung Kidul. Bahkan ketika kegiatan "Triduum Relawan Grigak di Bandungan, tidak ada petugas masak di Villa Siniwente karena semua anggota Relawan Grigak berinisiatif sendiri untuk memasak selama tiga hari kegiatan Refleksi Akhir Tahun 2019 itu.
Saya masih ingat pertama kali komunitas ini melakukan masak bareng. Waktu itu masak jagung rebus ala Pulau Timor. Kebetulan waktu itu saya masih tinggal di rumah kontrakan di Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Malam itu sekitar pukul 18.00, anggota Relawan Grigak sudah berkumpul di kontrakan saya dan sudah sibuk untuk menyiapkan aneka pelengkapan untuk rebus jagung. Walaupun rencana awal di group Whatsapp adalah pukul 16.00. Terpaut dua jam keterlamatan. Oupssh... itulah sisi lain dari komunitas ini. Kala itu, anggota Komunitas Relawan Grigak masih belum saling mengenal satu dengan yang lainnya. Entahlah butuh berapa lama untuk bisa seakrab sekarang ini. Yang pasti waktu itu masing-masing anggota sibuk dengan ponsel pintarnya.
Saya bersama teman-teman di rumah kontrakan itu berusaha selayaknya sebagai tuan rumah untuk menyapa semua anggota Komunitas Relawan Grigak.
Saya berusah mengajak mereka untuk membuat tungku di samping kontrakan itu. Sementara itu, anggota Relawan Grigak yang lain sibuk mengukur volume air yang akan digunakan untuk merebus jagung tua itu. Di sana ada komunikasi singkat dan mungkin sedikit canda.
Jagung tua itu yang sudah dikeringkan (dijemur) di depan rumah Dukuh Karang, sebelum dibawa anggota Relawan Grigak ke Jogja. Jumlah jagung tua itu sekitar setengah dari karung beras berukuran 20 KG.
Setelah tungku, api, dan jagung terendam air di panci sudah siap untuk direbus, saya dan teman-teman dari Pulau Timor (Kupang, Soe, Kefamenanu, Malaka, dan Belu) mengusulkan untuk ditambahkan daun kelor, kacang tanah, buah pepaya muda, dan bunga pepaya segar pada jagung terendam air di panci itu.
Awalnya ada beberapa penolakan dari teman-teman dari luar Pulau Timor, misalnya Flores, Sumba, Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Jawa. Berikut adalah sederet pertanyaan dan komentar mereka.
"Gimana rasanya itu?"Â
"Pahit banget nggak sih?"Â
"Hahaha....kok kaya makanan babi."