Mohon tunggu...
CorMa HuLK
CorMa HuLK Mohon Tunggu... Lainnya - "Anda Tidak Perlu Menjadi Jenius Dalam Berkarya, DIY"

Mahasiswa Asal Belu, Nusa Tenggara Timur. Anggota Komunitas Relawan Grigak Yang Giat Melanjutkan Bara Semangat Rama Mangun Dalam Menebus Hutang Kepada Masyarakat Kecil.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Jagung Rebus Pulau Timor Meruntuhkan Blocking Psychology

29 Februari 2020   18:47 Diperbarui: 29 Februari 2020   18:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jagung Rebus Pulau Timor | Dok. pribadi

Sebelum merajut kisah jagung rebus Pulau Timor, marilah kita melihat sekilas ilustrasi tentang Rama Mangunwijaya dan Komunitas Relawan Grigak! Tujuan saya adalah agar setiap kita dapat mengetahui korelasi jagung rebus ala Pulau Timor dengan dinamika anggota Komunitas Relawan Grigak dalam meruntuhkan tembok ketakutan psikologi dalam bingkai komunitas dengan latar belakang sosial-budaya, pendidikan, karakter, dan pola pikir yang begitu majemuk.

***

Komunitas Relawan Grigak adalah sekumpulan mahasiswa yang mendengarkan gerakan hati untuk berjuang melanjutkan karya kemanusiaan Rama Mangun (Almarhum Rm. Y.B. Mangunwijaya, Pr.) di Grigak, Gunung Kidul. Sekitar tahun 1987, Rama Mangun ke Grigak setelah diajak Wasmi (Siswi SMK Tarakanita yang magang di Kali Code).

Di Grigak Rama Mangun membantu warga Grigak untuk mengangkat air dari mata air di bawah tebing Pantai Grigak dengan menggunakan teknologi pompa air manual (pompa dragon). Sebelum menggunakan pompa dragon, Rama Mangun bersama warga Grigak membuat jembatan bambu (beberapa kali) dan jembatan permanen (menggunakan semen, pasir, dan karang) dengan tujuan untuk meminimalisir keselamatan warga Grigak ketika berjuang melewati tepi-tepi tebing atau melompati karang-karang berlumut dan bergeriri demi mencapai sumber mata air di bawah tebing Pantai Grigak. Sejak tahun 1987-1990, Rama Mangun tinggal seorang diri di Pantai Grigak pada sebuah gubuk (hasil desain arsitektur Rama Mangun).

Di komunitas ini kami berdinamika bersama warga Pedukuhan Karang, Desa Girikarti, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Dinamika kami antara lain memanfaatkan energi matahari melalui panel surya untuk mengangkat air dari mata air di bawah tebing Pantai Grigak, membuat pondok baru Rama Mangun (pembangunan dihentikan karena belum mendapatkan ijin dari Dinas Tata Ruang Gunung Kidul), gardu pandang, kolam-kolam ikan, dan kolam renang di bibir Pantai Grigak.

Terlepas dari semua dinamika yang bernuasa pembangunan fisik itu, pada Tahun 2020 ini, Komunitas Relawan Grigak mengusung misi keceriaan anak melalui program kegiatan Bimbingan Belajar. Kegiatan ini sudah dimulai sejak November 2019. Berdasarkan analisis kebutuhan terhadap dinamika Relawan Grigak dengan anak-anak Pedukuhan Karang, Bimbingan Belajar adalah model dinamika baru bernuasa sumber daya manusia.

Seiring berjalannya Bimbingan Belajar, Relawan Grigak melakukan stuti banding tentang konsep pendidikan Rama Mangun di SD Eksperimen Kanisius Mangunan, Kampung Code, Sanggar Anak Alam Yogyakarta, dan Rumah Rama Mangun (Dinamika Edukasi Dasar). Selain itu, Relawan Grigak juga mengkaji konsep pendidikan Rama Mangun melalui jalur literasi kepustakaan baik melaui media cetak maupun media elektronik.

Tujuan dari kegiatan pencarian teori dan praktik ini adalah untuk mendesain dan menerapkan pola Bimbingan Belajar Relawan Grigak bersama anak-anak Pedukuhan Karang dalam bingkai konsep pendidikan Rama Mangun, yaitu "Di mana Hati Diletakkan, Di Situ Ada Proses Belajar."

***

Proses Masak Jagung Rebus Pulau Timor | Dokpri
Proses Masak Jagung Rebus Pulau Timor | Dokpri
Demikianlah ilustrasi profil Komunitas Relawan Grigak. Selanjutnya, melalui konten Pangan Lokal Bernutrisi ini, saya ingin mengisahkan tentang bagaimana dampak pangan lokal nusantara (khususnya Pulau Timor) bagi aggota Komunitas Relawan Grigak dalam meruntuhkan tembok ketakutan psikologi.

Menurut penyuluh (dalam Bahasa Jawa: 'yang menghidupkan api') Komunitas Relawan Grigak, Rm. P. Wiryono, SJ. cara-cara untuk meruntuhkan ketakutan psikologi (Blocking Psychology) dalam komunitas adalah melalui permainan-permainan, nonton, kemah, olahraga, dan masak bareng. Nah... cara terakhir inilah yang menurut saya sangat berdampak pada keberanian semua anggota komunitas dalam berbicara, mendengarkan, bertanya, menanggapi, memberikan saran dan kritik, serta satu hal yang selalu mendapatkan tempat dalam dinamika komunitas ini adalah "canda memberi candu."

Sejak Februari 2019, komunitas ini sudah mentradisikan masak bareng, baik di Yogyakarta maupun di Grigak, Gunung Kidul. Bahkan ketika kegiatan "Triduum Relawan Grigak di Bandungan, tidak ada petugas masak di Villa Siniwente karena semua anggota Relawan Grigak berinisiatif sendiri untuk memasak selama tiga hari kegiatan Refleksi Akhir Tahun 2019 itu.

Saya masih ingat pertama kali komunitas ini melakukan masak bareng. Waktu itu masak jagung rebus ala Pulau Timor. Kebetulan waktu itu saya masih tinggal di rumah kontrakan di Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Malam itu sekitar pukul 18.00, anggota Relawan Grigak sudah berkumpul di kontrakan saya dan sudah sibuk untuk menyiapkan aneka pelengkapan untuk rebus jagung. Walaupun rencana awal di group Whatsapp adalah pukul 16.00. Terpaut dua jam keterlamatan. Oupssh... itulah sisi lain dari komunitas ini. Kala itu, anggota Komunitas Relawan Grigak masih belum saling mengenal satu dengan yang lainnya. Entahlah butuh berapa lama untuk bisa seakrab sekarang ini. Yang pasti waktu itu masing-masing anggota sibuk dengan ponsel pintarnya.

Saya bersama teman-teman di rumah kontrakan itu berusaha selayaknya sebagai tuan rumah untuk menyapa semua anggota Komunitas Relawan Grigak.

Saya berusah mengajak mereka untuk membuat tungku di samping kontrakan itu. Sementara itu, anggota Relawan Grigak yang lain sibuk mengukur volume air yang akan digunakan untuk merebus jagung tua itu. Di sana ada komunikasi singkat dan mungkin sedikit canda.

Jagung tua itu yang sudah dikeringkan (dijemur) di depan rumah Dukuh Karang, sebelum dibawa anggota Relawan Grigak ke Jogja. Jumlah jagung tua itu sekitar setengah dari karung beras berukuran 20 KG.

Setelah tungku, api, dan jagung terendam air di panci sudah siap untuk direbus, saya dan teman-teman dari Pulau Timor (Kupang, Soe, Kefamenanu, Malaka, dan Belu) mengusulkan untuk ditambahkan daun kelor, kacang tanah, buah pepaya muda, dan bunga pepaya segar pada jagung terendam air di panci itu.

Awalnya ada beberapa penolakan dari teman-teman dari luar Pulau Timor, misalnya Flores, Sumba, Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Jawa. Berikut adalah sederet pertanyaan dan komentar mereka.

"Gimana rasanya itu?" 

"Pahit banget nggak sih?" 

"Hahaha....kok kaya makanan babi."

"Yakin enak?"

"Ke mananya itu"

"Emang nggak buat perut sakit po?"

Hahaha... begitulah cara masak bareng beraksi sebagai media keakraban komunitas ini. Percakapan singkat itu setidaknya sudah membangun kerjasama dan pewujud menjadi sesama komunitas. Kami dari Pulau Timor hanya meminta mereka percaya kepada kami untuk membuat masakan jagung rebus itu menjadi matang dan mengundang rasa syukur bersama.

Setelah kami mencari bahan-bahan tambahan seperti daun kelor, kacang tanah, buah pepaya muda, dan bunga pepaya segar, akhirnya menu jagung ala Pulau Timor siap direbus. Sekali lagi keberuntungan berpihak pada kami. Daun kelor, buah pepaya muda, dan bunga pepaya sudah ada di halaman samping rumah kontrakan kami. Sehingga hanya kacang tanah yang kami beli di warung terdekat.

Sekali lagi percakapan, cengkerama, dan canda menjadi bingkai masak bareng malam itu. Namun, satu hal yang pantas dievaluasi adalah kegiatan masak bareng itu memakan waktu setikar lima jam. Begitulah dinamika Komunitas Relawan Grigak.

Sebenarnya, masakan jagung rebus ala Pulau Timor itu hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Namum, karena jumlah jagung di dalam panci itu tidak sebanding dengan jumlah volume air. Oleh karena itu jagung Pulau Timor itu harus ditambahkan air beberapa kali.

Sekali lagi, perdebatan, cengkerama, dan canda meliputi suasana masak bareng malam itu. Saya tersenyum menyaksikan suasana itu. Seolah canda telah berkamuflase menjadi candu di komunitas ini. Setiap kekeliruan dalam proses masak bareng itu menjadi canda yang menggairahkan. Sungguh komunitas yang berdindingkan canda dan beratapkan tawa. Demikianlah cara impulsif anggota Komunitas Relawan Grigak meruntuhkan ketakutan psikologi dalam berdinamika.

Tepat pukul 23.00. jagung rebus ala Pulau Timor sudah disajikan dengan aromanya yang meliputi teras rumah kontrakan kami itu. Lingkaran adalah formasi makan bareng di komunitas ini. Jagung rebus ala Pulau Timor itu tidak sendiri menampilkan pesonanya. Adapun sambal ikan teri sudah siap menampilkan pesonanya. Sungguh sebuah kolaborasi menu classic Pulau Timor yang merona.

Doa makan universal mengawali makan bareng tengah malam itu. Setiap anggota Relawan Grigak berpacu dengan kerasnya jagung rebus, pahitnya daun kelor, buah pepaya, bunga pepaya, renyahnya kacang tanah, dan pedasnya sambal ikan teri. Ada aneka komentar bernuansa canda dan heran.

"Ternyata enak juga ya."

"Aku suka kacangnya aja."

"Aku suka sambal ikan terinya."

"Kita makan makanan babi."

"Sumpah, ini pertama kali aku makan kaya ini."

"Hati-hati jangan sampai gigimu dikunyah juga. Soalnya kerasnya jagung ini sama kaya gigi. Hehehe..."

Demikianlah sepenggal Kisah Jagung Rebus Meruntuhkan Blocking Psychology dari Anggota Komunitas Relawan Grigak. Komunitas yang mengabdi di Grigak karena hati tergerak.

Berdasarkan sepenggal kisah di atas, saya mengidentifikasi beberapa jenis pangan lokal yang mempunyai nutrisi yang begitu tinggi. Misalnya, jagung rebus, daun kelor, buah dan bunga pepaya, dan kacang tanah.

Saya berusaha menggali informasi melalui website www.alodokter.com dan www.doktersehat.com tentang pangan lokal yang saya sebut sebagai Jagung Rebus ala Pulau Timor. Saya menemukan bahwa ternyata ada beragam kandungan nutrisi dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Bahkan jagung, daun kelor, bunga dan buah pepaya, serta kacang tanah berpotensi mencegah beberapa jenis penyakit.

Pertama, jagung mengandung beragam nutrisi, antara lain karbohidrat, protein, serat, dan sejumlah vitamin (seperti; folat, vitamin A, C, dan B) dan mineral (seperti; magnum, kalsium, zat besi, kalium, fosfor, magnesium, seng, dan tembaga) yang baik untuk kesehatan tubuh. Walaupun jagung mempunyai lemak dalam jumlah yang relatif sedikit, namun merupakan jenis lemak baik.

Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dari jagung bagi kesehatan tubuh antara lain: kandungan serat yang dapat mengatasi konstipasi (sembelit), menurunkan resiko diabetes dan mengontrol kadar gula darah melalui kandungan karbohidrat pada jagung. Selain itu, kandungan protein dan serat dalam jagung baik untuk kesehatan jantung dan kandungan antioksidan berupa karitenoid, seperti zeaxanthin dan lutein baik untuk kesehatan mata. Kandungan karbohidrat kompleks, vitamin B dan asam lemak omega-3 sebagai nutrisi esensial untuk otak demi mengatasi depresi. Terakhir adalah kandungan nutrisi dalam jagung dapat mencegah penyakit divertikulosis.

Kedua, daun kelor segar pun mengandung banyak nutrisi bahkan hanya dalam satu cangkir bervolume (21 gram). Kandungan nutrisi dalam daun kelor itu antara lain; protein (2 gram), vitamin B6 (19% dari AKG/Angka Kecukupan Gisi), vitamin C (12% dari AKG), zat besi (11% dari AKG), riboflavin B2 (11% dari RDA), vitamin A dari beta-karoten (9% dari AKG), dan magnesium (8% dari AKG).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), khasiat daun kelor antara lain dapat membantu perkembangan tubuh dan menjadi obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker, anemia dan penyakit sel sabit. Selain itu, manfaat daun kelor bagi kesehatan tubuh sebagai berikut. Menyehatkan mata, menurunkan kadar gula, antioksidan, menurunkan kolesterol, gizi untuk ibu menyusui, sebagai anti penuaan, menyehatkan pencernaan, menjaga fungsi otak, mengobati cacingan, mengurangi peradangan, mencegah keracunan arsenik, mengobati edema, melindungi hati, melawan bakteri, menyehatkan tulang, meningkatkan libido, mengobati asma, dan mencegah gangguan ginjal.

Ketiga, buah pepaya juga  mengandung banyak nutrisi, bahkan sangat kaya vitamin C. Satu buah pepaya setidaknya mengandung 235 mg vitamin C. Selain itu, buah pepaya juga memiliki vitamin A, vitamin B1, B3, B5, vitamin E, vitamin K, likopen, serat, kalsium, potasium, folat, dan magnesium.

Manfaat buah pepaya antara lain; meyehatkan mata, menyehatkan rambut dan kuku, menyembuhkan kulit yang terbakar sinar matahari, memperlancar pencernaan, kesehatan jantung, mengurangi resiko kanker,  anti penuaan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengobati penyakit demam dengue

Keempat, bunga pepaya mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, yakni kalium, natrium, beta karoten, mineral, lemak, karbohidrat, dan protein. Manfaat bunga pepaya antara lain; menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, memelihara kesehatan jantung dan jaringan serta daya tahan tubuh

Kelima, di dalam kacang tanah ada beberapa kandungan, antara lain; vitamin E, asam folat, protein, mangan, biotin, serat, magnesium, lemak tak jenuh tunggal, serta kaya akan antioksidan. Aneka kandungan nutrisi ini berperan untuk mengurangi resiko penyakit jantung. Bahkan sebuah penelitian menemukan bahwa resiko sakit jantung pada orang yang mengonsumsi 140 gram kacang-kacangan per minggu akan menurun sebanyak 35%. Selain itu, kacang tanah juga membantu meningkatkan kadar kolesterol baik dan mengurangi kandungan kolesterol jahat serta mampu mencegah pengerasan arteri dan membantu pelebaran pembuluh darah.

Demikianlah uraian panjang lebar tentang kandungan dan manfaat bahan-bahan mentah yang dikomposisikan untuk menyajikan Jagung Rebus Pulau Timor. Akhirnya saya hanya ingin mengatakan bahwa sejak zaman dahulu, nenek moyang kami di Pulau Timor tidak pernah belajar tentang kandungan nutrisi ataupun manfaat dari jagung rebus dengan bahan-bahan seperti jagung, daun kelor, kacang tanah, buah dan bunga pepaya. Namun geografis dan lingkungan alam mengajarkan tentang cara berkomunikasi dengan alam untuk bertahan hidup.

Sebelum mengakhiri tulisan saya dalam konten pangan lokal bernutrisi ini, saya ingin menegaskan bahwa kekuatan kegiatan masak dan makan bareng ini sangat berdampak pada peruntuhan ketakutan psikologi.

Komunitas Relawan Grigak ini adalah representasi komunitas yang menerapkan kebersamaan sebagai sesama dalam mengobarkan bara semangat Almarhum Rama Mangunwijaya dalam bingkai pengabdian kepada negeri dan sesama.

Nama Anggota Tim:

Kornelis Mauk

Arnolda Jansenia Laek Taboy

Antoni Pieter Mauritz Dare

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun