Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lapo Tuak

11 September 2023   11:42 Diperbarui: 22 September 2023   13:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bangun... bangun... kita sudah sampai di parapat." Ucok membangunkan ku sembari menunjuk ke arah danau yang begitu luas dihiasi terangnya lampu di pesisir pantai yang mencoba mengusir gelapnya malam. "itulah danau toba, danau yang tercipta karena legenda si Toba yang menikahi perempuan cantik jelmaan ikan yang didapatnya saat memancing." Lanjutnya sambil tertawa kecil.

Aku juga hanya tersenyum mendengar ucapannya, meskipun secara ilmiah aku mengetahui penyebab terciptanya danau toba ini adalah letusan gunung toba sekitar 100.000 tahun lalu dan diyakini oleh beberapa ilmuwan Amerika letusan itu menghancurkan populasi manusia, yang pada saat itu hanya meninggalkan 10.000 manusia. 

Namun cerita rakyat sebagai culture lisan dari masyarakat setempat tentunya harus dihargai sebagai bagian dari warisan budaya.

Satu jam setelah melintasi danau toba, akhirnya kami sampai di desa tempat ucok tumbuh dewasa sebelum akhirnya menuju kota berisik untuk mencari ilmu. 

Desa ini begitu indah, udaranya memanjakan dada, suasananya memanjakan mata, sunyi tapi tak terasa sepi, dingin tapi terasa hangat.

Saat menikmati indahnya desa, aku melihat sebuah cahaya terang di sudut desa, terlihat ramai orang. Sejenak aku berpikir, apa yang dilakukan orang-orang desa malam-malam begini?. Aku bertanya kepada ucok untuk menjawab rasa penasaranku.

"Itu apa?" sambil menunjuk ke arah tempat tersebut

"Itu namanya lapo tuak, tempat yang fungsinya cukup sentral di setiap desa yang ada di Toba. Nanti aku akan ajak kamu kesana, biar kamu lihat sendiri betapa luasnya ruangan sempit itu."

Setelah selesai mandi, makan dan sedikit mengobrol dengan keluarga ucok, akupun diajak ke lapo tuak. Benar kata ucok, tempatnya kecil dan tergolong sempit untuk orang sebanyak itu. 

Lapo itu terlihat seperti warung kecil yang dindingnya hanya dipasang setinggi 1 meter, kemudian disusun beberapa meja dan kursi secara berjajar. Yang disuguhkan disana hanya tuak, minuman yang mirip susu putih yang diambil dari enau. Kata ucok itu adalah minuman tradisional batak, orang juga kerap menyebutnya susu batak.

"orang batak biasanya berlatih debat disini, dan kalau kamu ingin menonton konser gratis, disinilah tempatnya." Jelas ucok kepadaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun