Sebenarnya nama aslinya Parningotan raja guk-guk, namun aku merasa kesulitan untuk mengejanya, makanya aku panggil dia ucok, nama seorang artis berdarah batak yang sering berkeliaran di tv nasional. Nama itu aku rasa cocok kepadanya, dan yang paling penting tidak sulit untuk mengejanya.
Hari dimana kami akan pulang ke kampung ucok pun tiba, kami berangkat menuju loket bus sekitar jam satu siang, terik matahari sedikitpun tak melepas pandangannya dari setiap detik perjalanan kami.Â
15 menit perjalanan, angkutan kota yang kami tumpangi berhenti tepat di depan sebuah loket yang tidak terlalu besar tetapi ramai penumpang.Â
Deretan mobil mirip L300 yang biasanya digunakan mengangkut sawit di kampungku menyambut kedatangan kami. Mobil-mobil itu telah dimodifikasi lengkap dengan kursi penumpang dan tulisan "KOPERASI BINTANG TIMUR" beserta nomor mobil di setiap pintunya.
"Ini loket busnya?" tanyaku sedikit ragu.
"Iya."
"Kita akan menumpangi mobil kecil ini dengan perjalanan 6 jam?"
"Iya."Â
Sedikit kaget sih, perjalanan yang terbilang jauh harus menggunakan mobil seperti ini. Dan saya masih sedikit bingung, karena ucok mengatakan tidak ada bus yang menuju daerah mereka, semuanya menggunakan mobil L300 yang sudah dimodifikasi seperti yang akan kami tumpangi.
Dibawah terik matahari dan antrian ribuan kendaraan menyusuri aspal yang tidak terlalu rata, roda mobil yang membawa 11 penumpang penuh mulai berputar senada dengan antrian mobil lainnya.Â
Sedikit agak lama untuk keluar dari barisan yang berjejer panjang sejauh mata memandang, pemandangan ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi kami. Banyaknya orang egois yang mengambil paksa hak orang lainlah penyebab utama wisata menjengkelkan ini terjadi di kota tempatku mencari ilmu.