Mohon tunggu...
conie sema
conie sema Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja seni di Teater Potlot

CONIE SEMA, lahir di Palembang. Mulai menulis sastra, esai, dan naskah panggung, saat bergabung dengan komunitas Teater Potlot. Karya cerpen, puisi, esai, dan dramanya dipublikasikan media antara lain, Lampung Post, Koran Tempo, Media Indonesia, Majalah Sastra Horison, Sriwijaya Post, Mongabay Indonesia, Berita Pagi, Sumatera Ekspres, Haluan Padang, Majalah Kebudayaan Dinamika, dan Lorong Arkeologi. Puisinya terhimpun dalam antologi bersama: Antologi Rainy Day: A Skyful of Rain (2018), Sebutir Garam diSecangkir Air (2018), Selasa di Pekuburan Ma’la (2019), When The Days Were Raining - Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival (2019). Salah satu naskah dramanya, Rawa Gambut mendapat Anugerah Rawayan Award 2017 oleh Dewan Kesenian Jakarta. Perahu, adalah novel pertama (2009, cetak ulang 2018). Conie Sema bisa dihubungi: Alamat : Jalan Randu No. 13-B, Kemiling, Bandar Lampung. Telp : 0857 6972 3219 WA : 0857 6972 3219 Email : semaconie@gmail.com KTP : 1871132404650002

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Betinanya Nunung Noor El Niel

30 Desember 2020   00:05 Diperbarui: 30 Desember 2020   12:52 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bersama hujan yang selalu luruh/

Betina atau perempuan sebagai organisme genetika yang memiliki vagina dan menghasilkan ovum, dalam pergulatan teks penulisan puisi, mungkin tidak lagi sekedar mempresentasikan persoalan identitas biologis semata (Julia Kristeva). Begitu pun simbol jenis kelamin seperti dipopulerkan Carl Linaeus (1707-1778). “Betina” Nunung Noor El Niel memilih kata secara subjektif untuk mengungkapkan pilihan ekspresi puitiknya. Tanpa perlu menentukan posisi dirinya pada perdebatan etimologi dan domistifikasi dari masing-masing Kata; perempuan-betina-wanita.

Nunung Noor El Niel, dalam puisi “Betinanya Perempuan” seakan menegaskan “betina” sebagai swirang perempunan, agar perempuan “jadilah” perempuan seutuhnya. Dengan mempertimbangkan dan memahami kodratnya sekaligus membuka dirinya untuk keluar dari ruang domestik dan narasi dominatif gender. Perempuan tidak lagi menutup diri dan menyimpan di hati atas keterpurukannya.

Pengalaman penulisan Nunung Noor El Niel, jika dibaca dalam empat larik kutipan puisi “Betinanya Perempuan” di bawah ini, begitu nampak keterampilannya mengelola kata, frasa juga hubungan fungsional antarklausa dengan kalimat, sehingga menjadi satu kesatuan konstruksi sintaksis yang berhasil memaknai ide dan topik hendak disampaikan.

/maka biarkan aku menjemput gerhana

menciptakan bayangan demi bayangan

di antara lapisan-lapisan cahaya

tanpa harus terbakar atau lesap/

Kegelisahan aku-lirik mampu membagi subjek puitiknya dengan aku-pembaca, sehingga membuka ruang interaksi baik secara estetis maupun filosofis. “di antara lapisan-lapisan cahaya tanpa harus terbakar atau lesap”. Kalimat ini memiliki relasi simbolik dari gagasan dan pesan melalui gaya bahasa atau metafora yang mengajak pembaca masuk ke ruang tafsirnya sendiri sebagai subjek puitik.

Tubuh dan penulisan sangat melekat dalam pemilihan diksi “Betinanya Perempuan” Nunung Noor El Niel. Ia menggunakan sarana otoritas imajinya ke dalam ruang pribadi tubuh (struktur) puisinya. Seperti pada beberapa puisi lain, “Tablo”, “Lampu yang Dipadamkan”, “Di Luar Tubuh”, “Perempuan Waktu”, dan “Tubuh yang Terpetakan”. Kendati lanskap yang menjadi tubuh puisinya (aku-objek) adalah representasi laki-laki. Nunung Noor El Niel hendak mengatakan bahwa perempuan tidak lagi hadir dalam pertemuan yang inferior di hadapan laki-laki. Ia lebih memfokuskan sisi keakuan yang berlebih khusus dalam menyikapi kesetaraan seks secara biologis maupun psikologis.

/dan aku hanya dapat mengenal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun