/aku hanya ingin menemukan kembali
pada binar matanya, pada tawanya yang ceria
dan memanggilku ibu dengan sempurna
agar seluruh keperempuananku dapat kujamah
seperti ketika aku menanggalkan
seluruh gaunku pada malam pertama
: tanpa perlu kau mengerjapkan mata
(untuk mempercayai kehadiranku...)
(Sitat “Pada Binar Mata” – Nunung Noor El Niel)
Antologi Betinanya Perempuan Nunung Noor El Niel membuka sebuah taman bianglala perempuan dari perspektif seorang perempuan yang mengalami sendiri menjadi perempuan. Ia tidak tiba di taman itu sebagai perempuan tapi hadir menuju perempuan.
Petang sebelum kami pulang, di antara kursi dan meja taman, Helene Cixous tak pernah lagi muncul dan membacakan puisinya. Perempuan itu mungkin telah pergi menuju perempuan, bersama puisi-puisi feminimnya, seperti juga Simone de Beauvoir, Luce Irigaray, atau Julia Kristeva. Hanya aroma tubuh dan beberapa lembar esainya tertinggal di meja bercat putih, di taman yang tak pernah berhenti melukis kegelisahan kami. ***