Mohon tunggu...
Claudius Evan
Claudius Evan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kompasiana

Hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra Pragmatik Novel "Merantau ke Deli" Karya Hamka

28 Februari 2022   22:24 Diperbarui: 28 Februari 2022   22:34 2691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Ya itu sajalah salahnya, itu saja yang rasa keberatan. Meskipun budinya baik, kelakuannya terpuji, sayang dia tidak orang kita. Bagaimanapun kekayaan yang didapat Leman, tentu setinggi-tinggi melambung akan kembali ke tanah jua, ke mana kekayaan yang sebanyak itu akan dibawa." (Hamka, 1939, p. 54)

Jawab perempuan-perempuan itu pula. "Dan kalau engkau bawa dia ke kampung di hari tuamu, di mana dia akan tinggal dan ke mana dia akan engkau bawa. Engkau buatkan dia rumah, tidak ada tanah buat dia. Tanah kita sempit, sawah kita telah banyak dijadikan perumahan karena tak cukup tanah. (Hamka, 1939, p. 60)

Leman dihadapi dengan dilema dan frustasi ketika dihadapkan dengan bisikan dan pikiran akan adatnya yang menyebutkan siapapun istrinya, dari suku apa, 'setinggi-tinggi melambung akan jatuh ke tanah jua'. 'Suku tidak dapat dialih, malu tidak dapat dibagi'. Artinya, Leman sebagai orang Minangkabau pada akhirnya akan kembali pada kampung halamannya itu. Permasalahannya adalah Poniem sebagai orang Jawa, tidak diterima secara adat meski bersikap baik. Mereka dipersulit oleh aturan adat meski sudah saling mencintai dan menerima. Hamka menunjukkan sulitnya penerimaan antar etnis dalam suku Minangkabau berujung pada permasalahan dan konflik pernikahan antar etnis. Pemilihan keputusan harus dipilih dengan sangat matang atas segala dasar konsiderasi dan konsekuensi, agar tidak menyesal di kemudian hari.

  1. Nilai Agama

"Tidak Poniem aku akan dicelakakan Allah kalau aku berbicara main-main" (Hamka, 1939, p. 14)

"Demi Allah, aku akan melindungimu, Poniem! Dan biarlah Allah akan memberikan hukuman yang setimpal kepadaku, jika aku mangkir dan berkhianat." (Hamka, 1939, p. 16)

Kutipan tersebut terjadi ketika Leman memohon dan bersumpah pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa dirinya serius untuk menikahkan Poniem. Dalam menjalankan segala hal, ada baiknya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama yang dianut terlebih dahulu agar dapat dilancarkan dan diberkati dalam segala pemikiran dan perbuatan.

  1. Nilai Sosial

"Maafkanlah, Kak!" mendesak ibu si Maryam

"Maafkanlah Yem," ujar Suyono. "Itu adalah sifat mulia, harus dibalas dengan mulia pula."

Sebelum Leman sanggup bertanya mengapa Suyono terus berkata, "Biarlah kita ulang yang dahulu sedikit supaya lekas selesai. Pertama aku ucapkan terima kasih karena lantaran asuhan dan ajaran Engku, aku telah pandai berniaga, berdagang, dan berjaya. Aku telah pandai memutarkan uang dan yang sedikit sampai kepada yang agak banyak. Demi ketika istri Engku ini atau janda Engku ini Engku ceraikan, karena dia orang Jawa kata Engku!" (Hamka, 1939, p. 182)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun