badaman: bungkusan kain  (Hamka, 1939, p. 34)
engku: tuan, orang yang dihormati (Hamka, 1939, p. 43)
"Lai salamat-salamat sajo di jalan?": Apakah baik-baik saja di jalan? (Hamka, 1939, p. 52)
"Si Rapiah lai basuo di Labung?" hlm 53 : Sudah berjumpa si Rapiah di Lebong? (Hamka, 1939, p. 53)
Tungganai: kepala suku yang dituakan dari suatu keluarga yang sepersukuan (Hamka, 1939, p. 58)
taklik: istri yang digantungkan statusnya oleh suami  (Hamka, 1939, p. 62)
khulu:  permintaan cerai yang diajukan istri kepada suaminya  (Hamka, 1939, p. 62)
Anak Pisang: disebutkan terhadap anak saudara laki-laki oleh saudara perempuan. (Hamka, 1939, p. 84)
Bagindo Kayo  (Hamka, 1939, p. 26)
Sutan Panduko  (Hamka, 1939, p. 56)
Dalam novel ini, Hamka juga menggunakan beberapa majas dalam menceritakan alur dan kejadian dan puisi lama berupa pantun.