Berbicara tentang pendidikan berarti kita berbicara tentang hidup. Karena pendidikan salah satu bagian terpenting dari proses kehidupan. Pendidikan yang sebenarnya merupakan satu nilai urgent yang ada  pada diri setiap individu. Pendidikan merupakan  kunci utama dan pertama untuk kemajuan bangsa dan negara. Tanpa pendidikan apa jadinya Negeri ini.Â
Dilansir dari google, kualitas pendidikan Indonesia "Menurut survei dari PERC (Politik and Economic Risk Consultan), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Salah satu yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah adalah rendahnya kualitas guru." Sistem pendidikan di Indonesia, terlalu kejam. Bagaimana mungkin, seekor ikan dinilai dari caranya memanjat pohon. Dan seorang atlet berenang dipaksa harus bisa melukis. Sementara dia tidak punya kemampuan melukis.Â
Jawaban yang sungguh menyayat hati. Bagaimana tidak, kualitas pendidikan kita berada diurutan terakhir dari 12 negara yang ada di Asia. Saya tertarik dengan pernyataan terakhir "penyebab kualitas pendidikan rendah adalah rendahnya kualitas guru." Bukannya kualitas guru rendah karena kurangnya fasilitas? Â Bukannya pemerataan pendidikan belum sepenuhnya dimiliki oleh semua orang Indonesia dan itu tentunya berpengaruh pada guru?
Dalam perkembangnya, begitu banyak permasalahan yang belum bisa diatasi salah satunya yaitu masalah pemerataan pendidikan. Pendidikan dinegara kita Indonesia masih jauh dari kata sempurna sampai detik ini. Begitu banyak orang-orang yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.Â
Coba anda bayangkan bagaimana susahnya anak pelosok negeri, Â mencari jaringan dibalik bukit. Anak jalanan di pinggiran kota, jalan sempoyongan mencari rezeki dari tangan si pemberi.Â
Dua permasalahan yang hampir sama namun berbeda. Bedanya,sebagian anak di pelosok negeri keterbatasan jaringan internet dan mereka mampu sekolah . Sementara anak jalanan berkelimpahan jaringan namun tidak punya biaya untuk melanjutkan mimpi mereka. Miris, bukan? Sungguh ini yang perlu diperhatikan bersama.Â
Seperti yang sudah saya tuliskan diatas pendidikan di negara kita Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Apalagi jika disandingkan dengan negara Barat. Pemerataan Pendidikan sebagai gerbang awal merdeka belajar, harus benar-benar memfasilitasi anak-anak yang membutuhkan atau tidak mampu.Â
Sumber Daya Manusia perlu diperhatikan dalam hal ini. Boleh sajah pemerintah memberikan banyak janji untuk memajukan pendidikan negeri ini. Tapi tolonglah berilah sedikit ruang kebebasan pada anak negeri untuk berlari mengejar mimpi tanpa takut.Â
Dilahirkan di desa dengan segala keterbatasan jaringan, membawa saya pada satu pernyataan bahwa saya harus sukses. Tahun 2020 merupakan tahun paling menyedihkan untuk dunia. Jika dikenang hanya menui luka. Sekolah-sekolah, kampus, tempat umum dan lain sebagainnya diliburkan.Â
Selama dua semester saya kuliah daring atau online dari rumah dengan segala keterbatasannya. Mendaki bukit demi mendapatkan jaringan internet bukanlah hal yang mudah. Bahkan yang paling menyedihkan saat itu banyak anak kelas tiga SMA (guru dan murit) mencari jaringan demi bisa UNBK. Pengalaman serupa juga dialami oleh anak-anak SMP. Stasiun Tv besar di Jakarta tentu menyoroti masalah tersebut.Â
Bapak Nadiem Makarim dengan segala antusias memberikan banyak program baru dalam dunia pendidikan, salah satunya program Merdeka Belajar. Tapi sayang seribu sayang belum bisa diterapkan pada  sekolah-sekolah pelosok. Pendidikan negeri ini masih jauh dari kata Merdeka. Anak-anak putus sekolah karena keterbatasan ekonomi begitu banyak disekitar kita.Â
Anak-anak keterbatasan akses jaringan, masih setia menenteng buku mencari materi yang katanya bisa menghidupi bumi pertiwi. Anak-anak yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan namun punya keinginan masih setia menunggu mujizat akan gilirannya untuk bisa sekolah.Â
Di situasi genting saat itu saya menuliskan puisi yang berjudul"Surat Kecilku Untuk Bapak Presiden"Â Dengan harapan ada yang membacannya. Dan mungkin sekarang saat yang tepat.Â
Surat Kecilku Untuk Bapak Presiden
Pak, andai bapak tahu apa yang terjadi saat ini aku ingin bapak datang membantu
Pak, andai bapak tahu saat ini yang terjadi dipelosok negeri
Aku ingin bapak melirik mungkin tertarik untuk membidik apa yang terjadi di negeri ini
Pak, negerimu sedang tidak baik-baik sajah
pak, negerimu dirundung duka lara akan pahitnya takdir hidup para pendidik dan pelajar ini
pak, perjuangan para guru dan para pendidik diplosok Flores NTT sungguh menyayat hati
Pak, mencari jaringan bukanlah hal yang mudah
Dunia menuntut untuk memanusiakan manusia
Pemerintah menuntut untuk belajar online
Tapi yang terjadi tidak pernah berpikir para nasip dan pelajar pelosok
Orang kota semuanya serba ada
lalu pelosok?
Handphone pinjam, laptop pinjamÂ
jaringan harus sodor tangan kelangit bahkan harus kebalik bukit
arus listrik harus cari kekampung tetangga
Pak, foto ini menagih banyak janji manis dari para pemanisÂ
pemerintah negeri ini.
Puisi diatas dibuat pada tanggal 25 November 2020 dibalik bukit, diatas gundukan tanah yang haus akan keadilan. Puisi ini saya tulis atas dasar keresahan dalam hati sebagai gundah gulana yang memantikan jiwa. Melihat anak SD bermain tidak ingat tugas, anak SMP-SMA minta ke orang tuanya untuk dibelikan Hp bahkan laptop. Melihat begitu banyak orang tua yang mengeluh harga jual menurun.Â
Awh, tidak perlu diingat lagi. Mengajar anak-anak sejak dini merupakan jalan yang paling mudah untuk keberlangsungan hidup bangsa. Pendidikan yang sebenarnya bisa merubah tingkah laku anak-anak, dan memfasilitasi pengetahuan yang akan terus bergulir secara turun temurun sepanjang sejarah peradaban bangsa.Â
Semakin kita membagikan pengetahuan kepada  orang lain, sama halnya menebar benih-benih kehidupan. Namun, bagaimana jadinya kalau banyak anak-anak negeri yang masih hidup dijalanan tanpa pakaian, makanan dan pendidikan? Anak negeri yang kesusahan jaringan? 'Pemerataan pendidikan sebagai gerbang awal merdeka belajar' hemat saya ini salah satu langkah yang sangat bagus untuk dijadikan rumah perubahan.Â
Pemerataan sistem pendidikan di Indonesia harus benar-benar rata agar negara kita bisa bertumbuh. Mungkin kita bisa sedikit melirik negara Barat yang sistem pendidikannya jauh lebih maju dari negara kita. Anak negeri banyak yang punya mimpi namun tidak mampu berlari. Insfrastruktur, sumber daya manusia,dan teknologi. Inilah yang harus diperhatikan pertama kali. Ibaratnya mendirikan gedung, yang kita persiapkan pertama-tama adalah material bahan bangunan, untuk selanjutnya bagaimana Si tukang bangunan bisa membuat pondasi gedung yang bagus dan tidak mudah rusak. Begitu juga sistem pemerataan pendidikan.Â
Bagaimana kita merencanakan satu ide untuk dapat dikembangkan lalu diterapkan, ide itu bukan semata-mata sebuah rencana yang harus direalisasikan tapi ide itu sebagai material awal fondasi pendidikan untuk selanjutnya bisa menjadi sebuah gerbang emas merdeka belajar untuk membawa anak-anak negeri berkumpul bersama dalam satu rumah pendidikan, sebagai tongkat estafet bangsa. Anak muda  adalah ujung tombak negara sedangkan pemerintah adalah fasilatornya.
Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 berbunyi "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan." Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang artinya kita mempunyai hak mengenyam pendidikan dalam hal ini  berkompeten dan mampu berdiri menaklukan Negeri. 'Pemerataan Pendidikan sebagai Gerbang Awal Merdeka Belajar' harus mampu membangun pondasi yang baik agar tidak mudah retak dan pendidikan itu tidak tergerus oleh kepentingan zaman. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI