***
Belum genap 2 minggu, Betty teman sekamarku sudah minta izin pulang. Malamnya, aku tidak bisa tidur karena gelisah. Setiap kali memejamkan mata, seperti ada yang sedang mengamati. Ketika membuka mata, tidak ada siapa-siapa. Menjelang pagi juga tercium bau kembang yang sangat harum. Ditambah angin yang berembus lewat dinding kayu, tengkuk terasa dingin sehingga bulu kuduk di sekujur tubuh pada merinding.
Paginya, waktu keluar kamar aku terlihat pucat. Aku cerita kalau aku tidak tidur dan jujur mengakui kalau aku penakut. Jadi Pak Desa menyuruh Ria, putri bungsunya untuk temani aku selama Betty tidak ada.
Ditemani Ria, aku bisa memejamkan mata dan bisa tidur tanpa stress. Tapi menjelang pagi aku terbangun mendengar suara nyaring dari arah kebun yang berbunyi 'sreekkk... Nahasnya, Ria tidak ada dan aku sendirian di kamar. Kemana pula si Ria?
Ketika sarapan, Ria menjelaskan kalau subuh ia pergi sholat ke mesjid. Dia lupa bilang pada malam sebelumnya sebab dia lihat aku sudah terlelap. Suara 'sreekkk yang kudengar menjelang pagi, adalah suara daun pisang mekar di pohon. Tentang bau harum, dijelaskan bahwa ada pohon melati dan kenanga di belakang rumah tetangga mereka. Kalau sedang berbunga, harumnya menyebar kemana-mana.
Syukurlah, minggu itu hanya 2 malam Betty meninggalkan lokasi KKN. Waktu kembali, dia terlihat sangat gembira. Dia berbisik bahagia karena hasil tes bidan, positif hamil. Oh, pantesan aku merasa ada yang mengamati... Mungkin pok pok mencium bau janin muda. Karena muka dan tampilan kami mirip saudara kembar, jadinya pok pok tidak bisa membedakan antara aku dan Betty. Apalagi perutku mulai membuncit karena selalu makan banyak.
***
Suatu hari Aziz Kordes (koordinator desa) mengajak survei ke perbatasan Tinambung dan desa Tangnga-tangnga. Rencananya, di tempat itu akan dibangun batas wilayah kecamatan. Jadi kami berempat berangkat. Seperti biasanya, Basri sudah duluan menghilang ke peternakan warga. Jadi aku menggantikan posisi dia. Mahasiswi lain tidak ada yang diajak, sebab lokasinya cukup jauh dan harus berjalan kaki.
Senang juga bisa bertemu dengan peserta KKN dari desa-desa di kecamatan lain. Mengukur, menghitung, coret-coret model, mendesain dan seterusnya sambil diselingi canda, acaranya jadi seru dan panjang. Tak terasa, tahu-tahu hari sudah sore, jadi kami harus bubar.
Di Tinambung, pergantian dari sore ke malam terasa cepat sekali prosesnya. Sebelumnya masih terang benderang, tapi baru beberapa langkah meninggalkan lokasi, tiba-tiba sudah gelap dan sunyi sekali di wilayah yang harus kami lalui.
Mungkin karena di persimpangan jalan ada bongkahan batu besar dan tinggi, jadi sinar matahari tidak sampai ke jalanan di balik batu itu. Udaranya juga dingin. Suara daun dan batang bambu yang bergesekan tertiup angin, terdengar seram sekali. Jalanan gelap, tak ada kendaran yang melintas selama kami melewati area tersebut. Tiba-tiba Iwan berbisik, "Kau lihat yang bergerak-gerak itu?"