***
Di atas meja, ada selembar kertas dengan coretan denah rumah seadanya. Rupanya Pak Desa sudah menyiapkan pembagian kamar buat kami berdelapan selama 3 bulan ke depan.
Aku dan Betty tidur di samboyang,yaitupetak bagian depan dari rumah adat Mandar. Fungsi utamanya adalah sebagai ruang tamu. Risma dan Wila tidur di passollor, sekat antara samboyang dan tangngaboyang. Sekat ini adalah tanda dan batas area untuk tamu. Secara adat, seorang tamu dianggap kurang sopan jika melewati area passollor ini tanpa ijin dari pemilik rumah.
Pak Desa danibu tidur di tangnga boyang (ruang tengah). Nenek dan duaanak gadis Pak Desa tidur di bui' boyang (kamar belakang) sedangkan 4 mahasiswa putra, semuanya tidur di kolong rumah bagian depan.
Tidak seperti rumah-rumah lain yang memanfaatkan kolong rumah sebagai kandang ternak, kolong rumahnya Pak Desa hanya diisi bale-bale untuk tidur siang.Ukurannya cukup luas. Ada dua bale-bale besar dari bambu yang sudah dilengkapi kasur.Â
Wilayah pesisir pantai barat Sulawesi, udaranya memang sangat panas. Jadi kalau siang, orang-orang desa lebih senang bersantai di bale-bale kolong rumah sambil memakai bedak dingin yang terbuat dari beras tumbuk.
Pagi itu kami disuguhi teh hangat. Pak Desa juga memanggil beberapa warga yang dianggap tokoh dan sesepuh di desa tersebut. Ada yang datang membawa kue khas Mandar seperti golla kambu (jenis wajik kering), jepa (roti pipih terbuat dari ampas singkong dan kelapa yang dibakar)dan Pak Haji pemilik mesjid membawa canggoreng balu, yaitu kacang goreng berbalut gula aren Mandar yang sangat terkenal.
Karena suguhan kande-kande (kue)tersebut bikin kering tenggorokan, tanpa dipersilakan aku langsungmeraih segelas teh hangat yang sedari awal tak seorang pun dari kami meminumnya.Seperti dendam, sekaligus menambah kalori, aku langsung menghabiskan teh yang sudah pas hangatnya!
Teman-teman saling memandang melihat kelakuanku. Hmm, ada apa ya? Toh Ibu desa juga sudah menawarkan pada saat beliau menyuguhkan minuman tersebut di atas meja.
Aku jadi salah tingkah dengan tatapan teman-teman. Dari awal aku memang sudah bikin error dengan pertanyaan 'baddu'. Sekarang minum teh pun dipandang dengan aneh.
Ketika Pak desa menawarkan mereka untuk minum, aku baru sadar kalau teman-teman mencelupkan salah satu ujung jari mereka, menyentuh permukaan air di dalam gelas dan menyentilkan jari tersebut ke udara secara sembunyi. Seolah-olah membuang serangga yang masuk ke dalam gelas minuman.