Pendidikan di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa
(Sahira, dkk, 2022). Selain aspek akademis, perkembangan sosial dan emosional anak anak di sekolah dasar juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan. Dalam perkembangannya, seringkali siswa menghadapi masalah sosial dan emosionalÂ
yang dapat memengaruhi prestasi akademis dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan(Sakura, 2023). Oleh karena itu, peran konselor di sekolah dasar menjadi sangat relevan dan esensial dalam menangani masalah tersebut.
Pentingnya peran konselor di sekolah dasar menjadi semakin mendalam seiring dengan perubahan dinamika sosial masyarakat modern. Anak anak saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan dan tekanan yang tidak dapat dihindari, seperti perubahan lingkungan keluarga, tuntutan akademis yang meningkat, dan perkembangan teknologi yang pesat (Suprayitno,2022). Semua faktor ini dapatÂ
berdampak pada kesejahteraan sosial dan emosional anak anak di tingkat sekolah dasar.
Salah satu tantangan utama dalam menghadapi masalah sosial dan emosional siswa adalah pemahaman mendalam terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anak anak tersebut. Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi, konflik interpersonal, atau masalah emosional seperti kecemasan dan depresi. Pemahaman yang baik terhadap berbagai masalah ini memerlukan pendekatan yang holistik dan kehadiran seorang profesional yang dapat memberikan bimbingan dan dukungan(Yulia& Suhaili,2023).
Konselor di sekolah dasar bertindak sebagai agen perubahan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah - masalah tersebut (Wibowo, 2015). Melalui pemahaman pemahaman yang telah dimiliki, konselor dapat membantu dengan memberikan tempat untuk mereka bercerita dan membantu mereka menentukan arah tujuan mereka selanjutnya
Dalam lingkungan sekolah dasar, proses pembelajaran yang berlangsung sangat terkait dengan perkembangan pribadi dan sosial siswa. Beberapa anak mungkin menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan norma norma sosial di lingkungan sekolah, sementara yang lain mungkin mengalami konflik interpersonal yang dapat berdampak pada kesejahteraan mereka. Peran konselor tidak hanya membantu siswa mengatasi masalahnya, tetapi juga mencegah terjadinya masalah lebih lanjut melalui pendekatan preventif yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran sehari hari.
Seorang konselor pada dasarnya memiliki keterampilan helping profesion seperti attending, acceptance, reasurens dan advice yang dapat membantu mereka dalam membantu anak anak yang sedang mengalami atau menghadapi masalah dalam hidupmya. Namun kebasnyakan anak anak tidak menyadari apa masalah yang sedang mereka hadapi karena masih belum faham dengan apa yang di hadapinya. Maka disinilah peran konselor yang diharapkan dapat mencari tahu apa sumber masalahnya dan apa penyelesaiannya
Namun tentunya seorang konselor memiliki batasan dalam pekerjaannya, konselor tidak dapat ikut campur lebuh dalam jika berkaitan dengan masalah dalam keluarga tampa persetujuan dari pihak yang bersangkuta. Misalnya anak anak menjadi malas belajar atau menjadi nakal di karenakan ia kurang mendapat apresiasi dan kasih saying dari orang tuanya. Seoarang konselor tidak bisa jika tiba tiba ikut campur tampa persetujuan dari orang tua atau pihak yang bersangkutan
Dalam hal keterampilan anak, seorang konselor juga dapat membantu anak anak dalam memilih bidang yang meraka gemari, seperti ekstrakulikuler apa yang hendak mereka ikuti atau dimana mereka dapat mengembangkan bakat yang mereka miliki
Menjadi seorang kenselor tentunya ada hambatan hambatan yang mereka lalui. Karena tidak semua anak anak dapat secara terang terangan bercerita kepada konselor atau bertanya perihal masalah mereka. Biasanya seorang konselor akan memulai dengan pendekatan yang tentunya berbeda beda diantaranya
1. Pendekatan Psikoanalitik (Freudian)
Teori Utama: Berdasarkan teori Sigmund Freud, pendekatan ini menganggap bahwa masalah emosional dan perilaku klien sering kali berasal dari konflik bawah sadar, terutama yang terkait dengan pengalaman masa kecil.
Teknik: Asosiasi bebas, analisis mimpi, dan interpretasi resistensi dan transferensi.
Tujuan: Membantu klien menyadari dan memahami konflik bawah sadar mereka untuk mencapai kesadaran dan pemulihan.
2. Pendekatan Humanistik
Teori Utama: Berfokus pada potensi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pendekatan ini, terutama dikembangkan oleh Carl Rogers, menekankan pentingnya empati, penerimaan tanpa syarat, dan hubungan yang autentik antara konselor dan klien.
Teknik: Pendekatan nondirektif, mendengarkan aktif, dan penciptaan lingkungan yang aman dan mendukung bagi klien.
Tujuan: Mendorong klien untuk mencapai potensi penuh mereka dengan membangun harga diri dan pengertian diri yang lebih baik.
3. Pendekatan Kognitif-Behavioral (CBT)
Teori Utama: Pendekatan ini menggabungkan teori kognitif (proses berpikir) dan teori perilaku. Masalah psikologis muncul karena pola pikir negatif atau distorsi kognitif, yang kemudian mempengaruhi perasaan dan perilaku.
Teknik: Identifikasi dan modifikasi pola pikir negatif, pelatihan keterampilan koping, dan perubahan perilaku melalui teknik seperti pelatihan eksposur dan penguatan positif.
Tujuan: Membantu klien mengubah pola pikir dan perilaku yang merugikan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional.
4. Pendekatan Gestalt
Teori Utama: Dikembangkan oleh Fritz Perls, pendekatan ini menekankan pentingnya kesadaran diri, pengalaman saat ini, dan hubungan dengan orang lain. Fokus pada "apa yang terjadi di sini dan sekarang".
Teknik: Teknik "empty chair" (kursi kosong) untuk memperjelas perasaan dan konflik, serta fokus pada perasaan dan pengalaman yang belum selesai.
Tujuan: Membantu klien untuk menyelesaikan masalah yang belum selesai dari masa lalu, meningkatkan kesadaran diri, dan mengatasi perasaan yang terpendam.
5. Pendekatan Eksistensial
Teori Utama: Pendekatan ini berfokus pada pencarian makna hidup, kebebasan individu, dan tanggung jawab. Eksistensialisme menganggap bahwa klien sering merasa cemas atau terjebak dalam hidup karena kesadaran akan keterbatasan mereka sebagai manusia.
Teknik: Dialog terbuka, eksplorasi makna hidup, dan penguatan tanggung jawab pribadi.
Tujuan: Membantu klien untuk menemukan makna dalam hidup mereka, mengatasi kecemasan eksistensial, dan membuat keputusan hidup yang lebih autentik.
6. Pendekatan Solusi-Fokus (Solution-Focused Brief Therapy/SFBT)
Teori Utama: Fokus pada solusi, bukan masalah. Pendekatan ini menganggap bahwa klien memiliki kekuatan dan sumber daya untuk mengatasi masalah mereka, dan bahwa tujuan utama adalah menemukan cara untuk mencapai solusi.
Teknik: Pertanyaan-pertanyaan berbasis solusi (misalnya, "Apa yang sudah berhasil bagi Anda?" atau "Bagaimana hidup Anda akan berbeda jika masalah ini hilang?").
Tujuan: Membantu klien menemukan solusi yang praktis dan meningkatkan keterampilan mereka untuk mengatasi masalah secara efisien.
7. Pendekatan Keluarga dan Sistemik
Teori Utama: Pendekatan ini melihat individu dalam konteks sistem keluarga dan hubungan antaranggota keluarga. Masalah psikologis sering kali dipengaruhi oleh dinamika keluarga atau sistem sosial yang lebih besar.
Teknik: Terapi keluarga, pemetaan sistem keluarga, dan teknik komunikasi untuk meningkatkan hubungan dan dinamika dalam keluarga.
Tujuan: Mengubah pola interaksi keluarga yang tidak sehat dan meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan Behavioristik
Teori Utama: Pendekatan ini berfokus pada pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu. Masalah psikologis dianggap sebagai perilaku yang dipelajari dan dapat diubah dengan mengubah kondisi lingkungan.
Teknik: Pengkondisian klasik, penguatan positif dan negatif, serta teknik pemodelan.
Tujuan: Membantu klien mengubah perilaku yang tidak diinginkan melalui manipulasi lingkungan dan penguatan.
9. Pendekatan Positif (Positive Psychology)
Teori Utama: Fokus pada kekuatan, kebahagiaan, dan aspek positif dalam kehidupan. Pendekatan ini mendorong klien untuk mengembangkan rasa syukur, optimisme, dan keterlibatan dalam hidup mereka.
Teknik: Latihan bersyukur, visualisasi kekuatan pribadi, dan latihan yang meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Tujuan: Membantu klien mengembangkan sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan kehidupan mereka, serta memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan.
10. Pendekatan Integratif
Teori Utama: Pendekatan ini menggabungkan berbagai teknik dan teori dari berbagai pendekatan konseling untuk mencocokkan dengan kebutuhan unik klien.
Teknik: Fleksibel, bisa mencakup berbagai metode dari pendekatan yang berbeda tergantung pada situasi dan permasalahan klien.
Tujuan: Memberikan pendekatan yang lebih holistik dan disesuaikan dengan klien, sehingga lebih fleksibel dalam mencapai perubahan yang diinginkan.
Â
Dalam penelitian pada sebuah sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Fuad& Nugroho,2014) untuk mendapatkan pemahaman mengenai peran konselor sekolah dasar dalam menangani masalah sosial dan emosional siswa. Pendekatan kualitatif dipilih karena dapat memberikan ruang bagi interpretasi konteks dan makna dalam situasi yang kompleks. Langkah pertama dalam penelitian ini melibatkan pemilihan dua atau lebih sekolah dasar yang representatif dari berbagai konteks sosial dan ekonomi. Dalam setiap sekolah, pemilihan informan utama melibatkan konselor sekolah dasar yang memiliki pengalaman signifikan dalam menangani masalah sosial dan emosional siswa. Teknik wawancara mendalam akan digunakan untuk mengumpulkan data dari konselor tersebut, dengan pertanyaan yang dirancang untuk mengeksplorasi pengalaman, strategi, dan tantangan yang mereka hadapi dalam menjalankan perannya. Selain itu, observasi partisipatif akan dilakukan untuk memahami dinamika interaksi antara konselor, siswa, dan lingkungan sekolah dalam konteks kegiatan konseling
Hasil penelitian ini memberikan gambaran Mengenai peran konselor sekolah dasar dalam menangani masalah sosial dan emosional siswa. Analisis data dari wawancara dan observasi partisipatif menghasilkan temuan temuan yang menggambarkan kompleksitas dan signifikansi peran konselor di tingkat ini. Konselor sekolah dasar memiliki peran penting dalam mengidentifikasi masalah sosial dan emosional siswa sejak dini. Melalui observasi partisipatif, konselor dapat mendeteksi perubahan perilaku dan interaksi sosial siswa di dalam maupun luar kelas, seperti tanda-tanda kecemasan, isolasi sosial, atau konflik interpersonal. Pemahaman ini memungkinkan konselor untuk melakukan intervensi yang tepat waktu dan efektif.
Selain itu, intervensi konselor sekolah dasar mencakup berbagai teknik konseling yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam konseling individu, konselor memberikan ruang aman bagi siswa untuk membicarakan masalah mereka, merumuskan solusi, dan mengembangkan keterampilan mengelola emosi. Sementara itu, konseling kelompok membantu siswa meningkatkan keterampilan sosial, membangun dukungan antar-siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri. Temuan menunjukkan bahwa intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa dapat memberikan dampak positif pada perkembangan sosial dan emosional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H