Prosesi haji hakikinya adalah penyucian jiwa. Maka ketika jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, pada saat itu jamaah haji berjuang sekuat tenaga untuk menyucikan jiwanya.Â
Kesucian jiwa seorang hamba akan didahului dengan proses pengakuan diri atas semua dosa yang telah dilakukan dan membangun komitmen untuk memperbaiki dan tidak melakukan dosa-dosa lagi.
Puasa Arafah merupakan salah satu jalan yang harus dilalui umat Islam untuk menyucikan jiwanya. Jiwa yang bersih akan ditandai dengan ucapan dan tindakan yang hanya disandarkan pada tujuan memperoleh ridha Allah.Â
Kondisi demikian pada giliranya akan mendorong seseorang makin terbuka dengan kebenaran. Sehingga jiwanya sangat mudah menerima kebenaran dari manapun asalnya.Â
Getaran berikutnya yang akan diperoleh adalah hidup yang tenang dan bahagia, sikap selalu tawakal, pantang berputus asa, merasa makin dekat dengan Allah SWT. Â
3) Taubat
Esensi berikutnya adalah bertaubat yaitu mengakui dosa-dosa yang pernah diperbuat dan berjanji untuk tidak mengulangi. Taubat merupakan 'buah' seseorang yang telah berhasil menyucikan jiwanya.Â
Taubat merupakan bukti seorang manusia mengakui kesalahan yang pernah diperbuat kepada Allah SWT. Taubat juga merupakan langkah untuk mendapatkan ampunan.Â
Dampak positip taubat adalah tersingkapnya "penyekat sakit hati" dalam berbagai bentuknya. Dengan kata lain, taubat merupakan proses seseorang memperoleh ampunan atas semua dosa yang pernah diperbuat. Dari taubat inilah akan terbuka jalan panjang untuk memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan.
Mengingat puasa Arafah berkaitan dengan wukuf di Arafah, padahal esensi wukuf adalah evaluasi atas dosa-dosa masa lalu dan memohon ampunan kepada Allah.
Maka esensi puasa Arafah adalah pertaubatan yaitu sikap untuk memohon ampunan kepada Allah SWT dan berkomitmen tidak mengulagi di masa depan. Â Di padang Arafah inilah nabi Adam As juga bertaubat, mengakui atas kesalahan yang yang diperbuat.