Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Langkah Guru Menerapkan Kompetensi Pedagogik Saat WFO?

13 November 2021   08:30 Diperbarui: 9 Februari 2022   20:25 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas di sekolah yang ada di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar)(KOMPAS.COM/HENDRA CIPTA)

Pembelajaran daring atau luring bagi guru harus tetap berpegang pada kompetensi pokoknya yaitu kompetensi pedagogik. 

Bedanya pada pembelajaran daring guru memberikan layanan pembelajaran jarak jauh, tatap layar, dan tidak tatap muka. Maka tidak mustahil terdapat banyak kendala teknis dalam berbagai hal terkait pencapaian tujuan. Intinya sebagian guru merasa bahwa pembelaran daring implementasi kompetensi pedagogik dalam pembelajaran belum bisa maksimal.

Pelaksanaan WFO berarti membalik semua kondisi pembelajaran yang ada dalam daring. Maka guru harus menyadari bahwa WFO membutuhkan adaptasi tersendiri dalam menjalankan tugas profesinya. 

Adaptasi yang paling dibutuhkan adalah kembalinya guru pada rel kompetensi pedagogik yang menjadi ciri khusus profesi guru.

Tantangan Baru bagi Guru saat WFO

Pelaksanaan daring yang sudah berjalan hampir dua tahun telah membawa proses internalisasi tersendiri bagi guru dalam menjalankan pembelajaran. 

Kondisi gagap menerapkan teknologi, kendala menilai sikap, bimbang dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sulit menanamkan karakter, sulit mengenal kondisi peserta didik, dll. 

Maka kembalinya WFO bagi guru akan menghadapi beberapa tantangan baru:

1. Adaptasi mental

Adaptasi mental yang harus disiapkan adalah tentang kedisiplinan. Selama daring kedisiplinan bersifat jarak jauh. 

Dalam WFO disiplin guru yang dibutuhkan bersifat jarak dekat. Misalnya disiplin masuk kantor, masuk kelas, upacara bendera, rapat dinas, dll. 

Beberapa kedisiplinan tersebut perlu disiapkan menjelang WFO. Sehingga pada saat WFO tidak terlambat masuk kantor, tidak terlambat masuk kelas, tidak terlambat ikut upacara, dll.

2. Adaptasi fisik

Selama daring, proses pembelajaran tidak akan berpindah-pindah. Saat WFO guru harus mengajar sesuai jumlah kelas yang diajar dan jumlah jam pembelajaran yang ditugaskan. Khususnya guru yang mengajar lebih dari 28 jam, memerlukan adaptasi fisik pada saat WFO. 

Selain berpindah kelas juga intensitas menjalankan tugas mengajarnya sesuai jam. Selain mengajar juga perlu adaptasi kesiapan di kantor dari pagi sampai sore.

3. Adaptasi penyiapan materi pelajaran

Cakupan materi pada saat pembelajaran daring tentu lebih simpel dibanding saat WFO. Sebab pada pembelajaran daring umumnya lebih sedikit. Sedangkan saat WFO tentu harus menyesuaikan dengan silabus yang sudah disusun. 

Intinya cakupan materi dalam WFO sudah penuh. Langkah ini membutuhkan langkah guru dalam melakukan penataan dan rancangan yang sudah disesuaikan dengan kondisi saat WFO,

4. Adaptasi penerapan model-model pembelajaran, metode maupun media

Model-model pembelajaran daring sangat terbatas. Sebab terkendala dengan kondisi pembelajaran yang jarak jauh. 

Di samping itu tidak semua model pembelajaran dapat dijalankan dalam pembelajaran daring. Saat pembelajaran WFO maka semua model pembelajaran dapat dirancang dan dijalankan oleh guru. 

Demikian juga pada penerapan metode dan media. Dalam pembelajaran daring tidak semua metode dapat digunakan. Sedangkan saat WFO segenap metode dan media dapat digunakan sesuai KD dan kondisi peserta didik. 

Maka penyusunan silabus dan RPP tentu harus menyesuaikan dengan kondisi saat WFO.

5. Adaptasi dalam menjalankan proses pembelajaran

Ada perbedaan yang mencolok dalam pembelajaran daring dengan luring baik dalam langkah mengelola kelas maupun proses kajian materi pembelajaran. 

Oleh sebab itu pada saat WFO guru semestinya harus beradaptasi dengan kondisi pembelajaran WFO. 

Prinsipnya saat WFO penguasaan materi, pengelolaan kelas, pengembangan strategi pembelajaran sudah berhadapan secara tatap muka dengan peserta didik. Sehingga guru dituntut mempersiapkan semua hal tersebut dengan maksimal.

6. Adaptasi penyusunan perangkat pembelajaran

Pada saat pembelajaran daring, perangkat pembelajaran yang disusun seperti silabus maupun RPP disesuaikan dengan kondisi pembelajaran daring. Maka pada saat WFO harus sudah sesuai dengan kondisi biasanya. 

Rancangan materi, model, media, metode maupun strategi pembelajaran harus berorientasi pada kondisi WFO, di mana guru berhadapan langsung dengan peserta didik.

Beberapa tantangan tersebut akan dirasakan guru pada saat WFO. Oleh sebab itu guru memerlukan langkah adaptasi baik secara mental, fisik maupun proses pembelajaran yang harus dijalankan.

Langkah Guru Menerapkan Kompetensi Pedagogik saat WFO

Ada beberapa langkah guru yang perlu dilakukan agar kompetensi pedagogik dapat bersinar terang saat WFO:

1. Mengenal karakteristik peserta didik

Mengenal karakteristik peserta didik bukan hanya kewajiban, namun harus menjadi kebutuhan. Tuntutan pada kompetensi ini terhadap guru antara lain dapat memahami karakteristik kognitif, sikap maupun keterampilan peserta didik.

a). Karakteristik kognitif bisa berbentuk kemampuan peserta didik memahami materi maupun mengembangkan daya nalar baik dalam mengikuti pembelajaran maupun pada saat mengerjakan soal-soal guru. 

Oleh sebab itu guru perlu menyusun pemetaan karakteristik potensi kognitif peserta didik agar guru dapat memberikan layanan yang merata dan adil.

b). Karakteristik sikap bisa berbentuk kedisiplinan hadir, partisipasi dalam pembelajaran maupun etika keluar masuk kelas. Langkah yang perlu dilakukan guru adalah mengedepankan keteladanan. 

Pastikan guru tidak terlambat masuk kelas. Pastikan guru masuk dan keluar kelas dengan salam. Pastikan guru juga memulai bertegur sapa terhadap peserta didik. Langkah ini dilakukan agar dapat mengalirkan "resonansi" kejiwaaan peserta didik.

c). Karateristik keterampilan peserta didik bisa berupa keahlian khusus yang dimiliki, bisa juga berupa kemampuan berpikir analitis-kritis dalam membangun argumen. Situasi demikian lebih mudah diamati guru saat WFO. 

Langkah guru dalam hal ini juga harus melakukan pemetaan keterampilan peserta didik baik keahlian khusus yang dimiliki maupun kemampuan mengembangkan daya nalarnya. 

Langkah ini dimaksudkan agar guru mempunyai pedoman dalam menyusun strategi pembelajaran yang pratiknya dapat dirasakan peserta didik secara keseluruhan dengan perbedaan karaketiristik keterampilan masing-masing.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

Pada saat WFO segenap teori belajar harus sudah menjadi pijakan guru dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Baik itu Cooperative Learning, Contextual Teaching Learning Konstruktivisme serta teori-teori lainnya yang memungkingkan digunakan dalam pembelajaran. 

Pada saat WFO langkah guru dalam menjalankan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik juga harus dirancang dengan baik. Apabila tidak direncanakan dengan baik, maka akan berdampak kurang baik pada guru sendiri.

Penerapan metode secara variatif, model pembelajaran yang dapat menantang berpikir kritis peserta didik, penggunaan metode dan media yang relevan dengan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada saat WFO. 

Jika tidak, guru akan terjebak pada aktivitas pembelajaran yang monoton dan terjebak pada menerangkan materi. 

Kondisi demikian akan menampilkan kesan bahwa guru dalam menjalankan tugas pembelajaran kurang berhasil menghadirkan "woow effect" terhadap peserta didiknya.

3. Pengembangan kurikulum

Silabus dan RPP bagi guru adalah ruh dalam dalam menjalankan tugasnya. Sebab aksi guru di kelas sangat ditentukan oleh kemampuan guru menyusun Silabus maupun RPP. Apabila dalam menyusun Silabus dan RPP metodis, inspiratif, kreatif, analitik, maka proses pembelajaran yang dijalankan guru akan bermuara pada kondisi "meaningfull learning". 

Apabila sebaliknya, maka pembelajaran yang dijalankan guru tidak akan mencapai pada tujuan. 

Hal terpenting dalam menyusun RPP adalah kemampuan guru menghayati materi. Sebab kecermatan dan kedalaman guru memahami materi pelajaran akan menjadikan rumusan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) juga tepat.

Oleh sebab itu langkah guru dalam menyusun Silabus dan RPP tidak copy paste serta disusun berdasar pada kondisi peserta didiknya. 

Di sinilah terdapat korelasi atara kemampuan guru dalam memahami peserta didik dengan peran guru dalam mengembangkan kurikulum.

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

Merancang pembelajaran yang dialogis, mendorong peserta didik dapat berpartisipasi, menggali materi dari berbagai sumber. 

Langkah guru yang relevan dengan tuntutan tersebut terletak pada kesiapan guru dalam memahami materi, menyusun rancangan pembelajaran dengan metode, media dan penerapan model pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran HOTS. Keteladanan guru juga menjadi kunci penting dalam menjabarkan kompetensi ini

5. Pengembangan potensi peserta didik

Dua hal penting yang perlu dipahami guru dalam kompetensi Pengembangan potensi peserta didik yaitu Pengembangan kompetensi akal (koginitif) dan Pengembangan kompetensi mental (sikap). 

Langkah guru yang relevan antara lain terus memberikan motivasi kepada peserta didik. Mengapresiasi segenap hasil atau prestasi peserta didik dalam bentuk apapun. 

Sedangkan pengembangan potensi mental bisa dilakukan baik melalui pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Penanaman etika, disiplin, dan perilaku santun serta kejujuran adalah hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 

Sentuhan kegiatan ibadah juga memegang kunci penting dalam mengarahkan mentalitas peserta didik pada tentang eksistensi Penciptanya. Tidak lupa keteladanan guru. Keteladan yang dapat mengalirkan "resonansi" adalah keteladan "realita" bukan keteladan "retorika atau kata-kata."

6. Komunikasi dengan peserta didik

Pada saat WFO tuntutan komunikasi dalam pembelajaran harus multi arah. Guru dalam proses pembelajaran harus mampu mengembangkan komunikasi sesama peserta didik, guru dengan peserta didik baik secara personal maupun secara kelompok. 

Kemampuan guru mengembangkan komunikasi dengan peserta didik adalah salah satu cermin

7. Penilaian dan evaluasi

Kegiatan guru melakukan penilaian dan evaluasi harus disesuaikan dengan karakteristik kognitif dan keterampilan berpikir peserta didik. 

Maka soal-soal yang disusun sebaiknya yang dapat mengakomodir semua peserta didik. Di sinilah terdapat korelasi antar kompetensi penilaian dengan kompetensi lainnya.

Uraian di atas menyajikan gambaran kunci pokok keberhasilan guru dalam memainkan peran profesionalnya yakni kembali kepada "marwah" kompetensi guru yaitu pemahaman dan penghayatan terhadap kompetensi pedagogik. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun