Pada saat WFO segenap teori belajar harus sudah menjadi pijakan guru dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Baik itu Cooperative Learning, Contextual Teaching Learning Konstruktivisme serta teori-teori lainnya yang memungkingkan digunakan dalam pembelajaran.Â
Pada saat WFO langkah guru dalam menjalankan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik juga harus dirancang dengan baik. Apabila tidak direncanakan dengan baik, maka akan berdampak kurang baik pada guru sendiri.
Penerapan metode secara variatif, model pembelajaran yang dapat menantang berpikir kritis peserta didik, penggunaan metode dan media yang relevan dengan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada saat WFO.Â
Jika tidak, guru akan terjebak pada aktivitas pembelajaran yang monoton dan terjebak pada menerangkan materi.Â
Kondisi demikian akan menampilkan kesan bahwa guru dalam menjalankan tugas pembelajaran kurang berhasil menghadirkan "woow effect" terhadap peserta didiknya.
3. Pengembangan kurikulum
Silabus dan RPP bagi guru adalah ruh dalam dalam menjalankan tugasnya. Sebab aksi guru di kelas sangat ditentukan oleh kemampuan guru menyusun Silabus maupun RPP. Apabila dalam menyusun Silabus dan RPP metodis, inspiratif, kreatif, analitik, maka proses pembelajaran yang dijalankan guru akan bermuara pada kondisi "meaningfull learning".Â
Apabila sebaliknya, maka pembelajaran yang dijalankan guru tidak akan mencapai pada tujuan.Â
Hal terpenting dalam menyusun RPP adalah kemampuan guru menghayati materi. Sebab kecermatan dan kedalaman guru memahami materi pelajaran akan menjadikan rumusan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) juga tepat.
Oleh sebab itu langkah guru dalam menyusun Silabus dan RPP tidak copy paste serta disusun berdasar pada kondisi peserta didiknya.Â
Di sinilah terdapat korelasi atara kemampuan guru dalam memahami peserta didik dengan peran guru dalam mengembangkan kurikulum.