Â
Memang kenapa jika aku jomblo??
Kau yang asyik mainkan sindiran nyinyir
Bahwa  aku Jones tak laku-laku
Pernahkah kau berpikir, malamku sudah sepi ??
Pernahkah kau berpikir dalam malamkuÂ
Aku bersujud dengan airmataku meminta tanda dariNya
Lelaki pilihanNya untuk menjadi imamku
Salahkah jika aku menunggu yang terbaik dari buah jawabNya??
Â
Aaah, kau hanya berteriak untuk puaskan egomu!
Melihat semua kurangku sebagai santapan terlezat malammu yang selalu lapar.
Dimana nuranimu??
Saat kau hangat dalam pelukan lelakimu
Aku sedang tertunduk sepi di pojok ruang malam.
bagiku itu masih menanti sebuah jawab dari doaku pada Sang Maha.
Â
Bagaimana dengan sahabatku yang dengan sadar memilih jalan itu??
Kau sibuk mencibir sepaket kemandirian yang dia pilih
Pernahkah kau berpikir, dia lebih bahagia dengan pilihannya daripada engkau kaum pencibir yang terus menerus menahan luka dan kecewa atas kekasihmu. Â
Pernahkah kau berpikir dia sedang menghormati kehidupan dengan caranya??Â
Pernahkah kau berpikir dia mahluk yang Tuhan beri kekuatan lebih untuk membalut lukanya sendiri??Â
Â
Kau hanya meraut lukamu pada tubuh kami
Kau hanya memahat kecewamu pada jiwa kami
Kau hanya menutup perihnya hidupmu dengan meludah pada kami.
Sadarlah, kita punya luka masing-masing
Mengapa kita tak saling membalut luka?
Mengapa kita tak mengisi waktu untuk saling menguatkan
Bahwa dibalik semua mimpi ada kehendak Sang Maha yang harus kita lewati dengan satu kata Ikhlas tanpa saling mencela.
Â
Lukamu bukan untukku sayangku
Mari kita saling bebat
Tak lagi saling hujat.Â
Â
Note : gambar dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H