Mohon tunggu...
Sri Budiarti
Sri Budiarti Mohon Tunggu... Guru - Sesekali saya suka menulis meski dengan kemampuan yang terbatas.

A Drop of ink can move a million people to think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta – Tamat – Versi Sri Budiarti

17 Agustus 2010   17:25 Diperbarui: 7 September 2017   02:05 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tenanglah, say….kita doakan saja ya?”

Tidak ada jawaban atau anggukan sekalipun. Panji sadar, ia menerima semua perlakuan Rindu padanya bahkan tak ada sedikitpun tatapan mata yang hangat untuknya. Dan akhirnya Panji menyadari bahwa Rindu bersedia menikah dengannya hanya karena terobsesi tuntutan keluarga. Rindu ingin menjungkirbalikkan anggapan semua orang kalau dirinya pasti shock pasca putus dengan satria. Rindu merasa tidak memiliki kekurangan apapun. Ia cantik, mapan, smart, dan berasal dari keluarga baik- baik. Dia bisa mencari pasangan dengan cepat. Bahkan gilanya, tantangan om Sony--adek lelaki mamanya yang berada di Amerika—apabila Rindu bisa menikah dalam waktu dekat, Om Sony memberinya US$111.111 in cash.

“Gimana, Ndu? Terima tantangan atau tidak?”

“Alahhh, om... cuman segitu? Bagaimana jika aku berhasil?”

“Jadi kau deal?”

“Of course, om!!” seringai Rindu pada om Sony waktu itu.

Pintu terbuka, begitu dr. Ceng yang menangani kesembuhan Satria keluar ruangan mereka bergegas menghampirinya.

“We are very sorry, mam. We have to take out one of his lungs. The right one, exactly.” kepada Mama Satria dokter menjelaskan kondisi kritis Satria.

“Oh, my God …. No! Is there any other choice, doctor?” ibu yang telah memasuki usia senja itu tak dapat menyembunyikan rasa cemas, pada ucapannya. “No. This is the only choice. If it isn’t done, the cancer will spread to his ribs.” Tandas dokter yang tampak lebih muda dari Satria atau Panji itu.

“Alright, if it must be. Do the best for him, doctor. Please ….” pinta mama. “Sure, Mam. We will do our best. Pray for us.”

“Thank you, doctor.” Aku dan mama bersamaan menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun