"Hmm...pasti mau pinjam duit, ya?" tebak Jomblo telak.
"He-eh...kok tahu?"
"Sedari kita kecil kamu tidak pernah bisa memanggilku 'Kakak'. Padahal aku kan 8 tahun lebih tua dari kamu. Jadi tiap kali kamu panggil aku 'Kakak', aku tahu pasti ada maunya."
Wajah May-may memerah. Ketahuan dia.
"Untuk apa duit itu? Untuk beli ponsel baru?"
"Iya, Blo, eh, Kakak."
Jomblo geleng-geleng kepala. Dia memutar kursinya untuk menatap si adik yang sedang duduk bersila di atas MediSeat.
"May-may, kamu tahu kan aku sayaang sekali padamu? Kamu adalah adik yang kutunggu-tunggu. Kupikir aku akan menjadi anak tunggal selamanya. Dan Papa Mama sudah menyerah, mengira hanya akan ada aku sebagai keturunan mereka."
"Ya, Blo, eh, Kak." Jomblo tertawa. "Sudahlah, tidak apa-apa. Kamu panggil aku Jomblo saja."
"Lalu, May," lanjut Jomblo, "pada suatu hari Mama mengabarkan Papa bahwa dia hamil. Dan 9 bulan kemudian kamu pun lahir, seperti mimpi yang menjadi kenyataan karena Mama dan Papa memang mengharapkan bisa punya anak perempuan. Sungguh, kelahiranmu membawa kebahagiaan yang besar ke dalam keluarga ini."
"Iya, Blo."