Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku adalah Selingkuhan (Penutup)

14 Juni 2020   16:45 Diperbarui: 15 September 2020   20:13 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama hampir 1 bulan berjalan, kami mencoba beberapa cara agar kami masih bisa terus bersama tanpa kebohongan lagi. Kami telah merasakan pedih yang begitu amat dalam, bahkan tak terhitung seberapa banyak air mata yang berlinang di pipi kami. 

Ia telah berusaha mendiskusikan dan menyelesaikan apa yang harus ia lakukan bersama keluarganya jika ingin hubungan kami utuh dan baik-baik saja. Ia telah melakukan yang terbaik walaupun hasilnya nihil. Hubungan gelap kami memang harus diakhiri. 

Aku harus kehilangan dirinya dan kami harus menjalani kehidupan masing-masing. Tentu tak mudah melepas pria yang telah menjadi support systemku, pria kesayanganku tempat aku bergantung di tengah sulitnya hidup di ibukota selama ini. 

Aku memang harus mempersiapkan hatiku untuk dicampakkan. Aku memang hanya selingkuhan yang pantas untuk dibuang. 

Walaupun selama 1 tahun berlalu kebahagiaan yang ia berikan ternyata hanya kebahagiaan palsu, namun aku tetap bersyukur karena pernah mengenalnya, pernah saling memiliki, dan pernah menyayanginya. Aku telah belajar banyak hal disini. 

Pelajaran pertama, setelah aku merenungkan apa yang telah terjadi di dalam kehidupan percintaanku, aku pun menyakini kalimat "Jangan terlalu percaya, jangan terlalu mencintai dan jangan terlalu banyak berharap. Karena segala sesuatu yang berlebihan, segala sesuatu yang 'terlalu banyak' itu suatu waktu bisa sangat menyakitimu." 

Tapi, apakah kelak aku harus menyayangi seseorang dengan setengah hati untuk mempersiapkan diri jika suatu saat akan disakiti lagi? Bukankah seharusnya kita mencintai dengan sepenuh hati? 

Pelajaran penting pertama yang sedikit membingungkan, karena terkadang cinta memang membutakan kita. Kita melakukan yang terbaik dan mencintai dengan setulus hati, sehingga kita lupa mencintai diri kita terlebih dahulu. Kita lupa membangun pertahanan diri sendiri, kita terlalu peduli dengan orang lain, kita lupa untuk menyeimbangi rasa sayang pada orang lain dengan rasa sayang terhadap diri sendiri. Kita terlalu mengkhawatirkan keadaan orang lain sehingga kita lupa melindungi diri kita sendiri. 

Pelajaran kedua, jangan pernah merebut milik orang lain. Mungkin saat ini, jika aku terus mementingkan egoku, aku bisa saja kembali menjadi selingkuhannya sembari mencoba merebut hatinya dengan seutuhnya. Namun, karma itu ada dan masih berlaku, kan? 

Egoku bisa saja terpenuhi, tapi kelak kita tak tahu apa yang akan terjadi jika aku terus memaksakan hubungan terlarang ini. Egoku bisa saja terpenuhi, tapi kelak aku tak akan tahu bagaimana sakitnya apabila sesuatu yang menjadi milikku direbut oleh orang lain. Aku tak pernah tahu, dan aku tak ingin terjebak lagi di dalam hubungan yang salah. 

Karena terkadang, aku merasa bahwa hidup lurus dan tak berbelok pun, semesta seperti tak henti-hentinya memberikan cobaan yang bertubi-tubi. Apalagi jika aku menjalani hidup yang berbelok secara sadar, kan? Aku tak ingin Ia murka terhadap ciptaan-Nya yang hina ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun