Elang menunjukkan kartu tunggu. Satpam itu menganggukan kepala. Mengijinkan dia untuk tinggal.
"Kami pulang dulu ya," pamit Rindu sambil mencium pipiku. Hera juga melakukan hal yang sama.
"Ayo pulang!" Hera mendorong Jesi yang masih memandangi Elang. Sedangkan Rindu menarik tangan Fahmi.
"Eh, Lang. Kok ditutup?" tanyaku panik saat Elang menutup pintu kamar inap. Otakku jadi berpikir hal-hal negatif.
"Biar kamu bisa istirahat." Elang membaringkan diri di sofa.
"Owh, gitu."Â
Duh, mana bisa istirahat kalau ada Elang. Aku kan jadi serba salah.
"Anggap aja kalau aku nggak ada," kata Elang masih dengan mata terpejam.
Aku mengamati wajah Elang. Dia terlihat lebih kusam, biasanya selalu terlihat fresh. Apa pandanganku jadi sedikit kabur karena sakit.
"Btw, kenapa kita nggak boleh jengukmu selama lima hari ini?" Elang membuka mata tiba-tiba. Aku langsung memalingkan muka, takut tertangkap basah sedang mengamatinya.
"Itu, uhm ... aku hanya mau istirahat total." Aku mengigit bibir bawah saat Elang mendekat dan duduk di atas ranjang.