...
Ini hari kelima aku dirawat di Rumah Sakit. Selama lima hari ini aku melarang teman-teman untuk menjenguk. Pusing yang tak tertahan membuatku sulit beraktifitas. Tubuhku juga sangat lemah. Aku tidak tahan kalau harus mendengar orang banyak ngobrol di dekatku.
Aku memandang ke luar jendela dengan bosan, berharap mendapatkan suasana yang berbeda tapi tetap saja memandang gedung-gedung. Aku berpaling. Tanganku terulur untuk mengambil segelas air yang di letakkan di meja kecil samping tempat tidur. Apa yang harus kulakukan sekarang. Buku yang kubawa sudah selesai dibaca. Masa iya mau nonton tv terus menerus.
"Hai, Lok. Udah baikan?" Kepala Rindu muncul dari pintu yang terbuka separuh. "Kami boleh masuk nggak?"
"Masuk saja."Â
Aku memang sudah mulai menerima kunjungan karena merasa lebih baik. Lagi pula aku juga sudah ingin pulang tapi masih belum diperbolehkan.
Aku memberi kode pada Hera dan Rindu. Menanyakan Jesi yang ikut membesuk. Bukannya menjawab, mereka berdua malah cemberut dan angkat bahu.
"Aku ikut ke sini bukan karena kasihan dan ingin menjengukmu. Aku ikut karena ada Elang. Kami janjian mau ketemu. Eh, dia malah ke sini. Nggak penting banget." Jesi memainkan jemarinya yang lentik seolah-olah malas memandang wajahku.
"Kapan masuk kuliah lagi?" tanya Fahmi.
"Entahlah. Memangnya ada sesuatu di kampus hingga aku harus cepat-cepat masuk?"
"Nggak ada yang spesial kalau kamu nggak ada," kata Fahmi.