"Uhuk, uhuk." Hera dan Rindu pura-pura batuk.
"Kamu sudah makan, Dek?" Mas Bagus masuk ke dalam ruang rawat inap.
"Ya ampun, Lok. Dokternya cakep banget. Dokternya perhatian banget sampai nanyain kamu udah makan belum. Manggilnya dek lagi, so sweet." Mata Hera berbinar-binar.
"Ya jelas lah dia nanya gitu. Dia kan kakaknya Elok. Malah tumben tuh merhatiin adiknya. Biasanya sibuk ngurusin pacar yang nggak jelas kelakuannya," sindir Rindu.
"Temanmu satu itu belum minum obat ya, Dek?" Pandangan Bagus hanya tertuju pada Rindu yang melotot.
"Hari ini belum makan orang jadi belum minum obat," jawab Rindu dengan sinis.
"Owh pantes. Suruh kontrol ke dokter jiwa dulu sana. Biar makin waras," sindir Bagus.
"Bilang sama mas mu yang sok kecakepan dan sok yes ini ya, Lok. Urus diri baik-baik, jangan cuma ngurusin pacarnya yang nggak bener-bener." Rindu berbicara menghadap Elok, memunggungi Bagus.
"Kamu cemburu, Ndu?" tanya Elang sambil terkekeh.
"Amit-amit jabang bayi." Rindu mengetuk-ketuk meja sebanyak tiga kali.
"Lang, nitip Elok sebentar sampai shiftku selesai." Bagus menyerahkan kartu tunggu pasien.