"Eh, mereka menuju ke sini." Rindu menyenggol lengan Hera agar dia bersikap biasa-biasa saja.
"Kami boleh gabung kan?" tanya Jesi dengan genit.
"Silakan. Anggap saja kalau kita-kita ini nggak ada di sini." Hera memasang wajah pura-pura ramah saat mempersilakan mereka untuk duduk.
Hera lalu mengajakku berbicara.
Elang sama sekali tidak memandangku. Fokusnya masih ke Jesi, entah apa yang mereka bicarakan. Aku milih berbincang dengan dua sahabatku dari pada harus mendengarkan pembicaraan mereka.
"Eh, pada ngumpul nih. Bentar ta pesan soto dulu." Fahmi menyapa sambil lalu menuju ke bu Upik-penjual makanan di kantin.
Fahmi duduk di sebelahku dan mulai mengajak ngobrol kami. Hera dan Fahmi yang mendominasi pembicaraan.Â
Elang dan Jesi masih membicarakan materi kuliah. Jesi adik tingkat kami yang terlambat masuk kuliah karena bekerja dulu. Dia dan Elang dulu satu kelas waktu di SMAK.
"Wah sotonya sudah datang. Mari makan," pekik Hera kesenangan.
"Lok, sotomu buat aku dulu ya. Laper berat nih. Antriannya masih banyak," pinta Fahmi sambil mengelus perut.
Hampir saja aku mengangguk saat melihat sotoku berpindah tempat.