Pengumuman itu membuat kami bertiga bergerak penuh semangat. Kalau kelas terakhir dimajukan itu berarti kami akan pulang lebih cepat dari biasanya.
Aku melihat Elang yang menatap papan tulis, menanti kedatangan dosen. Dia sempat menoleh ke arahku tapi ekspresi wajahnya datar seperti tidak melihatku saja. Dasar bunglon, cepat banget berubah ke mode beku.
Ternyata Pak Juan memang membuat kuliah kali ini berjalan singkat, tidak sampai setengah jam kuliah sudah berakhir. Rindu dan Hera melesat meninggalkanku. Kebiasaan buruk mereka semakin parah. Beruntung Mas Bagus bisa antar jemput jadi nggak perlu ketakutan menyeberang jalan.
"Oh em ji, Mas Bagus." Aku menepuk dahi karena lupa menghubunginya.
"Halo Mas Bagus."
"..."
"Kuliah tambahan? Trus aku gimana dong?" rengekku, lupa kalau masih di dalam ruang kelas.
"Halo, Gus. Aku yang akan antar Elok pulang. Kamu nggak usah ke sini. Sekalian mau ijin bawa adikmu jalan-jalan. Mukanya kusut banget, perlu dikasih vitamin." Elang merebut ponsel dan berbicara dengan tidak sopan.
Selalu saja menyebut Mas Bagus hanya dengan mana tanpa embel-embel mas. Iya, aku tahu kalau mereka sepantaran tapi Elang masuk sekolahnya terlambat hingga sekelas denganku.
"Yuk, Lok." Elang menggandeng menuju parkiran.
Aku yang masih memikirkan perkataan Jesi kemarin jadi tidak konsen. Aku bahkan tidak sadar kalau sudah sampai parkiran dan dipakaikan helm sama Elang.