"Elok." Fahmi berdiri menghalangi langkahku.
"Nah, kebetulan ada Fahmi. Kami nitip Elok sebentar ya. Aku dan Rindu mau ke perpus dulu." Hera menepuk pundakku untuk berpamitan
"Emangnya aku barang sampai harus dititipkan?" teriakku pada Hera yang menjauh dengan cepat.
"Pokoknya kamu tunggu kami di situ. Pak Juan masih lama masuknya," jawab Rindu tanpa menoleh.
"Tenang saja, Lok. Aku bakal nemenin kamu sampai mereka datang."
Aku kembali duduk dengan lesu. Masa iya harus ngobrol dengan Fahmi. Kalau dia geer dan mengira aku suka sama dia kan gawat.
"Kamu mau makan lagi? Aku pesenin deh? Cemilan? Minum?" Fahmi bertopang dagu menatapku, aku jadi risi.
"Yakin nggak mau? Jamnya pak Juan masih dua jam lagi lho."
Aku melihat jam tangan. Memang benar yang dikatakan oleh Fahmi. Kenapa juga Rindu dan Hera ke perpus tanpa mengajakku.Â
"Yakin kamu mau pesenin? Aku mau es jeruk satu, tempe mendoan empat, dan pisang goreng enam." Aku sengaja pesan banyak biar Fahmi illfil ma cewek rakus kaya aku.
"Wah makanmu banyak bener. Tenang saja, aku beliin semua."Â