...
Keesokan harinya, Bhara asik duduk di kursi teras sambil mengoles tangan dan kaki menggunakan salep. Tubuhnya babak belur karena menjadi korban anak-anak pramuka.
Sekonyong-konyong muncullah Owly entah dari mana, oh dari mana. "Gawat, Bhar."
"Gawat kenapa? Rin sudah minta dinikahi sama aku?" tanya Bhara dengan keyakinan penuh.
"Sebaliknya. Rin hari ini mau menikah dengan Jun. Tuh, si Jun sudah dandan rapi pakai jas dan bawa buket bunga nan cantik jelita tiada tara hingga semesta jatuh cinta."
"Yang bohong? Kok aku nggak baca undangannya?" Bhara bagai tersambar petir di siang bolong.
"Undangan sudah beredar dari minggu kemarin, masa kamu nggak baca?"
Bhara berpikir sejenak agar sel-sel kelabu dalam otaknya dapat bekerja untuk mendapatkan cara menggagalkan usaha Jun. "Ow, kamu harus melakukan hal ini." Bhara berbisik sambil menunjuk Jun.
Sementara itu Rin berjalan mondar-mandir dengan tidak sabar karena menunggu kemunculan Jun.
"Mbak, Jun kok belum datang ya?" Rin mencegat Mbak Daya yang hendak menyambut tamu.
"Tenang saja, dia pasti datang. Mana mungkin dia melewatkan bertemu Mbak yang cantik menawan hati."