Bhara menoleh ke belakang, memperkirakan jarak. "Lari!" serunya sebelum mengambil langkah seribu.
"Woi, Bhar! Kok jadi ninggalin aku gini sih? Dasar pengecut?"
Jun sudah sampai di samping Rin. "Kok nggak bantuin pegang Bhara? Dia jadi kabur tuh!" protes Jun sambil mengatur napas yang masih ngos-ngosan akibat lari secepat kilat untuk mencari Bhara. Jun yang kehausan langsung menyeruput teh manis milik cewek manis yang cemberut.
"Situ nggak nyuruh!" sahut Rin jutek. Mood-nya berubah drastis. Dia berlari pergi dengan meninggalkan jejak kaki yang terbakar karena amarah.
Mata Jun memindai sekitar, mencari jejak kepergian Bhara. Nah, itu dia sedang berlari melintasi deretan pohon kelapa. "Jangan lari kamu! Bhara, berhenti nggak!" Jun kembali berlari untuk mengejar ketinggalan.
"Er, tanggap Bhara!"
Erin yang sedang asik memanjat pohon kelapa langsung bersalto turun bagaikan ninja profesional. "Berhenti! Kalau nggak berhenti bakal kusambit pakai kelapa," ancam Erin sambil memegang erat kelapa, memperkirakan sudut lemparan.
Erin tidak main-main dengan ancamannya. Satu buah kelapa sudah meluncur mulus dengan arah melengkung seperti kalau melempar bumerang. Kelapa itu berputar semakin cepat hingga mengenai sasaran. Bhara pun jatuh berguling-guling sambil memegang punggung yang terasa panas karena terkena hantaman kelapa.
"Susah amat ngejar kamu, Bhar!" Beberapa menit kemudian Jun sudah bisa menyusul Erin dan Bhara.
"Ampun, Jun! Ampun!" Bhara mengatupkan kedua tangan yang gemetaran. Tak henti-henti melirik golok yang berada dalam genggaman Jun.
"Ngapain minta ampun? Aku disuruh pak RT Dalle buat nyari kamu. Kita disuruh bantuin bersihin lapangan. Mau dipakai lomba empat belasan."