Erin membantu Bhara berdiri, perasaannya jadi nggak enak karena sudah berburuk sangka pada Bhara. "Maaf ya, Bhar. Kukira kamu ada salah sama si Jun."
"Lain kali cek dulu sebelum bertindak," sahut Bhara. "Kok lomba empat belasan? Bukannya tujuh belasan?"
"Pak Dalle kan pembina pramuka. Beliau ingin memperingati hari pramuka dengan meriah. Udah, nggak usah banyak omong. Semakin cepat kita beresin lapangan, semakin cepat kita ikut lomba. Lumayan bisa dapat hadiah dari Bu RT Puncel yang imut dan menggemaskan." Jun menarik kerah Bhara agar segera mengikutinya ke lapangan.
Bhara ternyata juga salah paham dengan maksud Jun membawa golok. Dikira marah karena dekat dengan Rin, ternyata karena mau membersihkan rumput liar yang memenuhi lapangan desa.
Baru juga sampai lapangan, Puncel sudah mendorong Jun dan Bhara ke tengah lapangan. "Lama banget, Bu RT sampai kering nungguin kalian nongol. Buruan ikut lomba, tapi jadi sukarelawan aja. Nggak jadi peserta."
"Goloknya taruh sini!" perintah Dalle dengan buru-buru. "kalian tinggal berdiam diri di tengah lapangan."
"Terus kita disuruh ngapain nih, Pak RT?" teriak Jun.
"Kita musti ngapain nih, Jun?" Bhara ikut bertanya.
Terdengar aba-aba lomba dari Pak Dalle. Anak-anak bersiaga penuh di garis start sambil membawa tali tambang. Suara teriakan penuh semangat menggelegar ketika Pak Dalle menyebut angka tiga.
"Anak-anak ngapain bawa tali? Kita mau diapain nih?" Bhara berpegangan erat pada Jun tapi anak-anak dengan tanda pita cokelat yang terikat di lengan menarik Bhara lepas dari Jun. "Jun! Tolong aku!"
Jun sudah tidak berdaya karena diserbu pasukan pita merah. Badan dililit memakai tali tambang hingga mewujud jadi mumi Mesir. Teriakan kemenangan datang dari pasukan pita cokelat. Mereka sudah mengikat Bhara dengan berbagai macam simpul pramuka hingga menyisakan bagian wajah saja. Sedangkan Jun masih bisa menggerakkan kaki.