***
Aku tidur siang dengan nyenyak, ditemani orang tuaku yang menonton televisi. Aku bahagia dan nyaman dengan keberadaanku. Aku sudah berdamai dengan keadaaanku.
Bahwa, ya inlah aku. Seorang pasca-stroke, dengan lumpuh tubuh kanan karena serangan stroke berat.
Dengan keadaanku ini, aku benar2 mengerti jika aku mungkin tidak bisa sembuh 100% lagi, tetapi aku merasa nyaman dan damai, ketika Tuhan sudah menjaminku, untuk aku tetap bisa bekerja lagi, lewat komunikasi dengan atasa2ku, bahkan pemirik perusahaan tempat aku bekerja, kemarin.
Aku tidur dengan senyum. Kedua orang tuaku membereskan semua barang2ku, karena kemarin belum sempat membereskannya. Karena, kita tidak tahu, berapa lama aku aka dirawat disini, sebelum aku bisa ditebangkan pulang ke Jakarta.
Memang, masih banyak PR ku untuk bisa sembuh. Yang ada disini saja, aku baru di hari kelima. Bahkan, Dokter Gandhi pun mengatakan, otakku belum bisa beradaptasi. Otakku harus tenang dulu, sebelum aku bisa mulai bergerak. Adaptasi otakku ini bisa berhari2 atau lebih lagi, sampai benar2 tenang. Maka, diharapkan aku bisa cepat berdamai dengan keadaan, sehingga keberadan otakku pun cepat tenang .....
Niatku pun demikian.
Karena, aku merasakan jika aku mulai sedih atatu terpuruk jika ingat keadaanku, otakku berdenyut, sakit sekali. Denyutan itu membuat tubuhku oleng seperti vertigo. Dan, semakin lama denyutan otakku semakin berat, jika aku tidak berusaha untuk tenang.
Jika aku tenang, denyutan otakku pun berkurang. Tuhan sudah memberikan usaha untuk aku semakin pulih, yaitu salah satunya memberikan warning untuuk untuk bisa menenangkan diri supaya aku tidak semakin terpuruk .....
Sensasi kepala atau otakku yang berdenyut adalah merupakan kondisi medis, terutama untuk pasien pasca-stroke seperti aku. Dengan berdenyut, sepertinya aliran darah di otakku ke daerah yan bermasalah disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, yang merupakan upaya untuk meningkatkan aliran darah pada daerah2 yang bermasalah.
Aku yakini itu.