Aku menatap bapak dan ibuku. Aku melihat wajah mereka. Ada kesedihan dan galau yang teramat sangat! Mereka berdiam diri beberapa saat, dan dokter itu memberi waktu untuk mereka mencerna kata2nya.
Aku benar2 diam saja, ketika dokter itu menunjukkan video hasil MRI otakku dan foto2 rongent otakku. Ketika foto2 rongent itu ditunjukkan kepada bapakku, dengan cara diletakkan di layar lampu depan tempat tidurku, aku bisa melihat dan mencernanya,
Ya, aku tetap bisa menberti apa yang ada di foto itu. Juga mengerti apa kata2 dokter itu. Otak kiriku ada ruang putih, yang ternyata ruang putih itu adalah darah kental yang merendam otak kiri ku itu.
Irisan2 otakku secara virtual, terpampang di depanku. Kedua orang tuaku serius mendengarkan paparan dokter itu. Dan, aku tetap diam seribu bahasa, setelah aku tenang karena pernyatan dokter tersebut.
Â
Otak kiriku, terendam barah 20%, terlihat bagian warna putuh tu adalah darah segar yang merendam otak kiriku. Begitu mngerikan terlihat! Jika Tuhan tidak berkenan, otakku akan terendam darah seluruhnya, ketika pembuluh darah otakku tidak berhenti .....
Â
Anak2ku tidak mengerti apapun. Mereka tenang menyikspinya, dan tetap berada di sisi kiriku, dimana tangagn kiriku semakin lancer untuk menggapai mereka.
Dokter itu, ternyata Dokter Gandhi, seorang dokter dari India yang bertuga di rumah sakit Katolik ini di San Francisco, sangat ramah. Dia terus tersenyum, walau sempat mendapat protest eras dengan pernyataannya.