Kesadaran2ku terus terbentuk. Ternyata, sakitku menyadarkanku. Sebuah kesadaran yang sebenarnya aku sudah tahu, tetapi aku terus mengabaikannya.
Bahwa, dengan sakitku, aku yang awalnya perfeksionis tentang apapun, justru aku harus bisa berpasrah dengan keadaanku sekarang.
Â
Tuhan mau menggemblengku, Tuhan mau aku berserah, bukan pasrah. Tuhan amu aku bergantung pada DIA, atau setidaknya menurut pemikiranku, Tuhan mau aku tidak bergantung pada diriku sendiri dengan kepongahan2ku ......
Hari pertama yang penuh dengan pembelajaran2 kehidupan untukku. Jika saat itu aku berumur hampir 40 tahun, dan aku sibuk dengan kepongahan2ku selama itu, akan berapa lama kah, kesabaranku terus diuji untuk aku bisa sembuh?
Ah ..... entahlah ......
Aku tidak mau berpikir jauh.
Aku hanya ingin menikmati sehari demi sehari. Siapa tahu, dengan kesabaranku, Tuhan tidak akan mengujiku selama dengan kepongahan2ku .....Hari itu, walau aku tetap gamang dengan masa depanku, tetapi aku mampu tidur dengan nyenyak, untuk besok aku mampu meredam kesakitan2 baru yang mngkin tidak aku pernah bayangkan ......
Aku dengan wajah pias, bahkan jika aku tidak detail memperhatikan, aku sekarang pun tidak mengenali wajah piasku, seperti ini .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H