By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi. 4x diomelin supir bus di Singapore? Huhuhu, sangat menakjubkan! Karena turis kan "raja?", Hahahahaha .....
Dari dulu, Indonesia meamang sangat dikenal sebagai negeri yang ramah tamah. Unggah ungguh sebagai bangsa Indonesia, sangat terkenal. Walau bangsa Indonesia adalah Negara berkembang dan berlajar banyak dari negara2 lainnya, Keramah-tamahannya tidak bisa dianggap remeh.
Jepang un demikian, ketika aku sering kesana karena anakk2 tinggal disana sejak tahun 2017 lalu, Jepang benar2 ramah walau bahasanya sangat tidak bisa dimengerti. Bahkan, seorang petugas Stasiun Funabashi Hoten, Takeaki Suzuki bela2in belajar Bahasa Inggris hanya untuk melayaniku, jika aku kesana, karena anakku tinggal di desa Funabashi Hoten di Chiba.
Untuk negara2 barat, mereka lebih cuek bebek dan tidak mau tahu kepada orang lain, walau sebagian bear dari mereka tetap membantu, jika kita butuh bantuan.
Singapore sangat berbeda sebagai negeri  Asia, sesame negeri2 yang berdekatan di Asia. Singapore pun sangat mau membantu jika kita membutuhkan bantuan, tetapi sebagian besar dari mereka, memasang wajah "serem". Seperti tidak bisa tersenyum, bahkan mereka banyak yang mengomel, walau mereka tetap membantu.
Seorang sahabatku sebagai warga Singapore, sahabatku ini berkata bahwa orang2 yang memasang jawah "serem" dan mengoml, itu bukan warga Singapore asli, mereka adalah pendatang.
Untuk kita ketahui saja, Singapore memang sebuah negeri kecil yang (mungkin) tidak mempunyai warga asil Singapore tetapi mereka yang meang tinggal di Singapore sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu, dianggap seagai awrga asli Singapore.
Jadi, dimana kita tahu dengagn pasti bahwa berbagai bangsa dan Negara berlomba untuk tinggal di Singapore, menjadikan Negeri Singa ini sebagai negeri multi culture. Bahkan, sampai sekarang pun Singapore tetap didtangi berbagai bangsa dan Negara yang ingin menetap di Singapore, dan itulah yang disebut dengn pendatang ......
***
Suatu saat, ketika hari pertama aku datang di Singapore untuk survey tentang disabilitas, aku naik bus menuju Punggol. Hotelku berada tepat dengan bus-stop dan dari sinilah aku naik bus untuk sampai ke Stasiun MRT di Boon Keng, sektar 5 bus-stop dari hotelku di Baletiester. Awalnya, semua baik2 saja. Aku menyetop bus dengan lambaian tangan kiriku dan supir bus yang melihat lambaian tangan kiri
Bus berhenti dan calon penumpanhg bus itu, mengantri untuk masuk kedalam bus. Tetapi karena aku seorang disabilitas, aku berhak didahulukan, meskipun aku tidak mau didahulukan. Jadi, si supir busa menutup pintu bagi calon penumpang yanbg mau naik, dan si supir bus berjalan kearahku untuk membuka ramp yang harus erbuka untuk aku bisa naik kedalam bus lewat ramp tersebut.
Si supir menutup pintu khusus untuk ku dan da berjalan lagi ke tempat duduknya, membuka pintuuntuk calon penumpang bus yang lainnya. Setelah semua calon penumpang sudah naik bus, perlahan si supor menjalankan busya sampai ke bus-stop berikutnya, dan aku nyaman dan aman di dalam bus.
Di halte ke-4, sebelum aku turun ke Boon Keng Stasiun MRT. Tetapi, aku lupa memencet bel, sehingga ketika aku memencet bel sesaat (mungkin Cuma tinggal1 meter lagi bus sampai ke halte ke-5) sebelum bus berhenti, si supir melihat aku lewat kaca spion dan dia tahu aku harus turun.
Dia men-stop bus nya, dan dia berjalan kearahku dibelakangnya, sambil memasang wajah "serem" dan diapun mengomel! Astaga! Aku sampai dibuatnya terbngong2. Bukankah aku adalah wisatawan dan wisatawan ada;ah "raja" dan bukan kah aku tidak salah walau terlambat memencet bel?
Si supir terus mengomel tetapi dia tetap menolong ku untuk turun dari bus, dan dia benar2 membantiku dan tetap mengomel. Sampai aku turun dari bus, si supir pun turun dan berkata padku dengan Bahasa Inggris belepotan,
"Lain kali, memencet bal bukan mendadak seperti itu. Dari halte sebelumnya, sudah bersiap memencet bel!"
Aku mengangguk dan berkata, "Iam sorry", dan si supir naik lagi ke busnya dan membuka pintu bagi calon2 penumpang busnya .....
Setelah itu, aku WA sahabatku yang tingaal di Singapore dan mendapat balasan demikiaan,
"Ga usah masukin hati. Dia adalah pendatang", aku cuma tertawa saja.
Lha! Aku sudah kebal dengan omelan boss2ku atau mantanku dahulu, bahkan makian dari yang sangat ringan sampai bullyan yang beratpun, aku sudah merasakannya, koq! Apalagi Cuma omelan si supir bus, itu sih keciiiilll! Piece of cake! Hahahahaha ......
***
Ada lagi, ketika aku salah pencet bel.
Jadi ceritanya, kursi roda di dalam bus adalah berada di tengah2 badan bus, dengan tempat khusus yang sudah disediakan. Aku memang harus berdiam dititik itu dengan berbagai faslilitas untuk ku sebagai disabilitas pemakai kursi roda (elektrik).
Suatu saat, aku hendak turun di sebuah tempat tujuanku. Karena tangagn kiriku normal dan bebas bergerak sedangkan tangan kananku lumpuh, tidak salah donk jika aku memncet bel untuk turun di tiang bus, dibandingkan aku harus memuttar setengha tubuhku sehingga tangan kiriku bisa memencet bel di sebelah kanan tubuhku.
Begitu bel kupencet, terdengarlah bunyi "ting-tong", tanda kita ingin turun. Dan aku melihat dari kaca spion, si upir menoleh ke arahku! Dan, setelah bus berhenti si supir bus berjalan ke arahku sa,bil mengomel lagi!
Astaga!
"Mengapa mengomel? Kan aku sudah memencet bel setelah pemberhentian 1 halte sebelum aku turun? Koq ngomel?"
Aku gusar! Maunya gimana sih? Sempat aku mau protes dan marah, tetapi aku ingat, ini di negeri prang dan sahabatku sudah mewanti2 untuk mengerti bakrea bias any yang mengomel adalah pendatang! Jadi aku meredam kemarahanku walau aku benar2 tidak mengerti .....
Setelah si supir bus itu sudah selesai membantuku, dia berkata padaku dengan (lagi2) Bahasa Inggris yang belepotan,
"Lain kali, jika disabilityas kamu harus memencet bel yang berwarna biru (yang ada di nagian kananku, sementara bel untuk yang non-disabilitas adalah bel yang berwarna kuning), buka yang berwarna kuning!",Â
Dan si supir bus naik lagi untuk membuka ointu bagi calon penumpang bis lainnya.
Dan ternyata,
Bel khusus berwarna bitu untuk disabilitas itu memang bersuara khusus. Suaranya seperti orang menjerit2 sampai 9x bersuara keras, mungkin dengan maksid baik. Bahwa disabilitas yang naik bus itu membutuhkan bantuan khusus, dan harus dibantu oleh si supir bus atau penumpang non-disabilitas! Hahahahaha ......
***
Ketiga kaliya aku diomelin supir bus, ada lagi ceritanya .....
Suatu saat aku mau ke Marina Bay, dan berhenti di halte terdekat dan aku sudah memencet bel berwarna bitu, lho! Tetapi si supir tidak berhenti. Padahal bel itu sdah menjerit2 tidak karuan, tetapi si supir etap tidak berehenti!
Astaga! Wah, aku mau dibawa kemana, nih! Alamat ak harus naik bus berganti arah atau aku harus berjalan kengan kursi rodaku berbalik arah! Tergantung jauh atau tidak!Tidak lama kemudian, bus berhenyi, agaj jauh kearah Marina Bay! Si supir turun kerah ku dan menolongku turun. Begitu aku turun, gentian ku mrngomeli si supir bus.
"Sir, tadi aku sudah memencet bel bitu dan suatanya keras, koq anda tidak dengar? Swkarang, saya harus berjalan jauh menuju Marina Bay!", itu omelanku.
Eh, malah si supir bus mengomel lebih keras daripadaku!
"Saya sudah tua! Wajar jika saya tidak mendengar! Kenapa anda tida bisa mengerti?"
Astagaaaaaaaaa, aku salah lagi??? Untung, malah aku Cuma tersenyum. Aku mengerti bahwa bapak itu sudah tua sebagai supir bus, tetapi ini bisa membahayakan semua orang, kan? Hahahahaha ......
Dan, yang keempat aku diomelin supir bus, ketika aku bersama sahabatku dari kawasan Clementi menuju kawasan China Town. Dan, karena sahabatku pun belum pernah ke Clementi, ternyata baik bus nya langsung dari terminal bukan di bus-stop.
Naik bus dari terminal ternyata berbeda dengan naik bus dari bus-stop. Jika dari bus-stop aku harus melambaikan tanganku untuk supir melihat bahwa aku memakai kursi roda, beda dengan naik dari terminal.
Di terminal, khusus kursi roda sudah ada tempatnya yang pertama sehingga seharusnya suoir bus tahu bahwa penumpang pertama adalah pengguna kursi roda karena jelas terlihat dan tempat tunggunya berbeda. Jadi, aku tidak harus melampaikan tanganku, seharusnya!
Begitu bus datang, aku tidak melambaikan tanganku, ternyata bus tidak berhenti di depanku! Padahal jelas terlihat Bus nomor seian yang berada di tempat aku menunggu dan aku pemakai kursi roda!
Naaahhhh ....
Begitu sku menyeruak kea rah bus, si dupir baru sadar bahwa ada disabilitas butuh bantuan khusus! Dan, si supir bs pun membantuku dengan mengomel!
"Lain kali, lambaikan tangan anda jika mau naik bus karena kami tahu anda pemakai kursi roda!", omelnya.
Astaga! Kan jelas tertera nomor busnya, dan logo lambang kursi roda aku sebagai pemakai kursi roda, koq ya dia ga ngerti. Sudah berapa tahun sih, sebagai supir bus? Begitu omelanku dalam hati.
Aku tetap mengerti karena waktu dari Clementi menuju China Town bersama sahabatku itu, hari sudah malam sekitar jam 10.00 setelah kami makan bersama di Plaza Singapore. Jadi, mungkin si dupir sudah mengantuk dan capek ......
Hahahahahaha ......
Tetapi, pengalaman 4x diomelin supir busa dalam 4 hari pertama di Singapore, itu adalah pengalaman yang menakjubkan! Secara wisatawan adalah tamu dan tamu adalah "raja", hahahahaha ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H