Naik bus dari terminal ternyata berbeda dengan naik bus dari bus-stop. Jika dari bus-stop aku harus melambaikan tanganku untuk supir melihat bahwa aku memakai kursi roda, beda dengan naik dari terminal.
Di terminal, khusus kursi roda sudah ada tempatnya yang pertama sehingga seharusnya suoir bus tahu bahwa penumpang pertama adalah pengguna kursi roda karena jelas terlihat dan tempat tunggunya berbeda. Jadi, aku tidak harus melampaikan tanganku, seharusnya!
Begitu bus datang, aku tidak melambaikan tanganku, ternyata bus tidak berhenti di depanku! Padahal jelas terlihat Bus nomor seian yang berada di tempat aku menunggu dan aku pemakai kursi roda!
Naaahhhh ....
Begitu sku menyeruak kea rah bus, si dupir baru sadar bahwa ada disabilitas butuh bantuan khusus! Dan, si supir bs pun membantuku dengan mengomel!
"Lain kali, lambaikan tangan anda jika mau naik bus karena kami tahu anda pemakai kursi roda!", omelnya.
Astaga! Kan jelas tertera nomor busnya, dan logo lambang kursi roda aku sebagai pemakai kursi roda, koq ya dia ga ngerti. Sudah berapa tahun sih, sebagai supir bus? Begitu omelanku dalam hati.
Aku tetap mengerti karena waktu dari Clementi menuju China Town bersama sahabatku itu, hari sudah malam sekitar jam 10.00 setelah kami makan bersama di Plaza Singapore. Jadi, mungkin si dupir sudah mengantuk dan capek ......
Hahahahahaha ......
Tetapi, pengalaman 4x diomelin supir busa dalam 4 hari pertama di Singapore, itu adalah pengalaman yang menakjubkan! Secara wisatawan adalah tamu dan tamu adalah "raja", hahahahaha ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H