Bahasa2, kata2 dan penghinaan2 yang tidak manusiawi masih digunakan terhadap penyandang disabilitas, bahkan disabilitas menjadi lelucon2 segar untuk banyak orang.
Dan, bahkan dinegara berkembang termasuk Indonesia, banyak teman2 cacat tidak bersekolah karena sekolah tidak mau menerima mereka, dengan berbagai alasan.
Semuanya sebenarnya bisa diatur, ada kriteria2 yang meang bisa anak2 bersekolah biasa walaupujn cacat, dan ada juga anak2 cacat benar2 tidak mamu di sekolah biasa.
Tetapi, yang ada di Indonesia, justru anak2 cacat yang mampu bersekolah di sekolah biasa, tidak diberikan kesempatan untk bersekolah, sehingga cacat menjadi awal sebuah kemiskinan .....
Ada lebih banyak hal di sini daripada sekadar meningkatkan kesadaran tentang apa itu disabilitas lainnya. Namun yang juga kita perlukan adalah perubahan cara pandang kita terhadap penyandang disabilitas, yaitu memandang mereka sebagai manusia yang setara.Â
Masyarakat harus mulai melihat kemanusiaan para penyandang disabilitas. Mereka bukan kumpulan cacat yang harus 'ditangani', mereka adalah manusia yang dimaksudkan untuk dicintai.
Perluas layanan dan penelitian yang membantu mereka mencapai potensi unik mereka sendiri. Membuka peluang bagi mereka untuk diikutsertakan sebagai anggota komunitas kita apa adanya.
Dalam mengembangkan empati dan belajar dari anggota keluarga dan tetangga kita dengan autisme dan cacat lainnya, pasti kita semua bisa menjadi lebih manusiawi.
***