Adikku memelukku, dan menenangkanku, sebelum mobil bergerak jalan. Dia menenangkanku, dengan berkata2 mengapa dia tidak bisa menemaniku di ambulance. Dia dan BruderFrank harus mengurus imigrasi, termasuk tentang kepulanganku dari rumah sakit di San Francisco.
Dia memelukku dan aku pun menjadi tenang.
Setelah ambulance mulai berjalan, Bruder Frank mulai dengan meledeku habis2an, dan aku tertawa2. Aku tidak marah, ketika dia meledekku karena mengamuk.
Karena aku tahu, dari hatinya yang paling dalam, walau dia adalah orang lain bagiku, dia benar2 peduli dengan keadaanku .....
Seperti biasa, begitu keluar bandara, jalanan ,acet. Kamu menuju ke Rumah Sakit PGI Cikini, di Jalan Raden Saleh, Menteng. Dan ambulance pun menuju kemacetan kesana.
Bapakku lebih dahulu sampai sana, ibuku pun siap disana, untuk menyambutku.
Aku akan diberikan kamar VIP di Unit Stroke, unit baru yang belum pernah aku gunakan.
Rumah sakit Cikini ini, merupakan "ruamh keduaku", dimana sejak tahun 1992 keika aku baru saja lulus S1 sebagai seorang arsitek, aku diminta bapakku untuk ikut melayani di Yayasan PGI Cikini, dimana bapakku sebagai pengurus, pada waktu itu.
Aku ditarik untuk melayani di rumah sakit itu, sebagai seorang arsitek,untuk membenahi rumah sakit tua nan cantik ini.
Bersama dengan bapakku, tanteku serta 2 rang anak buah bapakku, kami bersama2 mendesain ulang beberpa bangunan rumah sakit ini, dan membangunnya.
Tidak dibayar apapun, bahkan kami benar2 membantu dengan tenaga dan dana yang tidak seberapa.