Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Bab 12] Duniaku Ada di Awang-awang! Tidak Jelas! Bingung!

31 Mei 2021   11:34 Diperbarui: 31 Mei 2021   11:44 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi \ Aku bingung! Bingung sekali! Entah bagaimana hidupku .......

Hari keduabelas sampai keempatbelas aku di Rumah Sakit Katolik -- St Francis Hospital, San Francisco USA

Duniaku ada di Awang2! Tidak Jelas! Bingung .....

Hari2 selanjutnya sampai hari keempat belas sekitar tanggal 19 Januari 2010, hidupku berada diawang2. Duniaku tidak jelas kemana. Tidak di Amerika, tidak juga di Indonesia.

Dengan keadaanku yang lumpuh separuh tubuh ini, membuat tubuhku sendiri seperti di awang2. Tidak bisa bergerak dan tidak bisa merasakan. Berbicara saja tidak bisa, benar2 aku berada di antara "hidup dan mati", sungguh .....

Kehidupanku sudah rutin.

Bangun tidur di rumah sakit, dilayani oleh suster2 dan petugas2 rumah sakit sampai ku nyaman. Dan, Miss Randy datang sekitar jam 10.00 pagi sampai jam 12.00 untuk melatihku berbicara dan terapi menulis dengan tangan kiriku .....

Adikku bolak balik mengurus tentang kepulanganku sekitar tanggal 19 Januari sampai mungkin tanggal 22 Januari 2010. Karena, memang belum tentu aku bisa terbang pulang.

Keadaanku saat itu dengan kondiri otak kiriku yang terendam darah sekitar 20%, dan sama sekali beluk terserap apalagi kering, akan sangat riskan untuk terbang.

Yang aku tahu setelah aku mempelajari sedikit mengenai otakku yang terserang stroke, dengan bantuan dokter2 dan terapis ku di Jakarta, bahwa penyerapan darah secara natural dan alami itu, bukan 1 atau 2 hari saja.

Bukan pula 1 atau 2 minggu, atau 1 atau 2 bulan. Tetapi, bisa berbulang2 dan bahkan sampai bertahun2. Otak kita juga sebenarnya mempunyai tingkat kemamuannya sendiri untuk mengembalikan fungsi2nya, dengan waktu yang sangat lama.

Referensi yang aku baca dan informasi dari dokter dan terapis ku di Jakarta, juga mengatakan bahwa setiap hari, syaraf2 tubuh kita akan recovery sekitar hanya 0,1 milimeter saja!

Sehingga, bisa dibayangkan jika antar otak kota sampai ujung jari kita sekitar 1 meter, berapa tahun syaraf jari2 kita recovery? Bisa puluhan tahun!

Bagaimana dengan kondisi tubuhku yang lumpuh sebelah kanan?

Berapa tahun kah, tubuh kananku bisa recovery 100%?

Jika memakai perhitungan manusia mungkin seumur hidup, aku tidak akan bisa recovery 100%! Artinya, aku akan selamanya cacat, sampai aku dipanggil Tuhan!

 Artinya lagi, apakah aku hanya diam saja jika aku tahu saat itu bahwa aku tidak akan sembuh?

Aku tahu dan sadar waktu itu, bahkan aku sudah merasa tidak akan sembuh, tetapi aku tetap harus berusaha karena anakku ada 2 orang yang masih SD! Dan, aku hanya seorang single parent dimana tidak sedikitpun dana yang aku dapat dari mantan, untuk keperluan hidup kami, apalagi untuk dana pendidikan anak2ku.

Sehingga, mau tidak mau, sembuh atau tidak, aku benar2 harus bisa bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan anak2ku serta untuk pendidikan mereka.

Jangan lupa, saat itu mereka masih SD!

Jadi, berapa lama aku harus bekerja untuk membiayai sekolah anak2ku sampai meerka lulus sarjana? Jika aku tidak sembuh, tetap saja aku harus bekerja, bukan?

Tetapi, dengan keadaanku seperti saat itu, yang aku merasa berada antara hidup dan mati dan tanpa bisa bergerak, bagaimana aku bisa bekerja, atau bagaimana aku bisa berjalan, aku tetap harus bisa berkarja, bukan?

Saat itu, dalam beberapa hari aku akan diterbangkan pulang.

Dengan kondisi otak kiriku yang belum kering karena darah yang merendam, Dokter Gandhi benar2 harus putar otak, apaah aku benar2 bisa dan mampu untuk terbang dalam waktu sekitar 24 jam dari San Francisco sampai Jakarta, serta di ketinggian puluhan bahkan ratusan meter diatas bumi?

Pasien pasca-stroke, memang tidak bisa atau tidak boleh untuk terbang tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena tekanan udara itu sedikit banyak akan mempengaruhi kestabilan otakku, apalagi darah segar belum kering dan belum terserap!

Itu masalah pertama dan masalah utama!

Belum lagi tentang, bagaimana caranya aku yang harus terus menerus berbaring selama dalam perjalanan, sementara untuk dipesawat walau di Bussiness Class pun, tidak mungkin berbaring benar2, untuk mengistirahatkan otakku.

Selama 24 jam dan transit satu kali, mampukah aku bertahan?

Saat itu, aku tidak mau pusing memikirkannya, serta tidak peduli dengan resiko2nya. Karena, jika tidak berhasilpun, aku bisa menjadi semakin buruh jika otakku tertekan sedemikian rupa oleh tekanan udara karena terbang tinggi dan lama!

Resiko2 itu cukup berat, karena aku mmang baru kurang dari 2 minggu terserang stroke!

Jika aku harus terbang pulang, yang aku ingat saat itu, aku harus dirawat dahulu minimal 1 bulan dengan berbagai tambahan2 obat dan nutrisi, baru aku bisa diterbangkan pulang.

Menunggu 1 bulan baru bisa diterbangkan pulang?

Bahkan kedua orang tuaku pun berharap segera pulang, bukan karena tidak mau aku dirawat yang terbaik disana, tetapi karena biaya yang luar biasa besarnya!

Jika akhirnya selama sekitar 2 minggu lebih aku dirawat intensif di San Francisco, asuransi mengeluarkan dana untukku sekitar 100.000 US$, atau sekitar 1,2 miliyard saat itu, bagaimana jika 1 bulan? Minimal 2x lipatnya, belum lagi biaya untuk adikku menemaniku disana .....

Lalu yang lain,

Bagaimanakah persiapan alat2 kesehatan dan kedokteran di pesawat selama aku berada di dalamnya?

Peralatan kedokteran, termasuk tabung oksigen, itu yang aku sempat dengar ketika Dokter Gandhi berdiskusi dengan beberapa orang koleganya, untuk mendaptkan tagung oksigen khusus untukku, untuk dibawa kedalam pesawat yang akan menerbangkanku terbang ke Jakarta.

Tabung oksgen?

Astagaaaaa .....

Saat itu aku berpikir,

"Aku kan tidak memakai bahkan tidak pernah memakai tabung oksigen, kecuali ketika pertama kali tim 911 datang dan membawaku ke rumah sakit ini, tetapi mengapa harus ada tabung oksigen?"

Mengadakan tabung oksigen itu, ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, juga yang mereka bayangkan. Bahkan, berkali2 yang aku dengar, maskapai2 mana yang kira2 memungkinkan untuk bisa menerbangkan aku ke Jakaarta, dengan berbagai  banyak fasilitas2 yang aku buruhkan .....

Lalu, bagaimana dengan siapa yang bisa menemani aku sebagai tenaga medis? Siapa?

Adikku tentu akan membantuku, tetapi dia tidak mampu untuk menjagaku seperti tenaga medis yang menjagaku. Bagaimana denagn obat2anku, dan yang paling utama, bagaimana jika ada masalah2 yang berhubungan dengan tubuhku sebagai pasien pasca-stroke?

Apakah adikku mampu mengendalikan? Pasti tidak!

Sehingga, selama beberapa hari itu, diskusi pun selalu berhubungan dengan persiapan2ku untuk di terbangkan pulang ke Jakarta ....

 Adiku pun semakin bersuka cita, karena dia pun membutuhkan keluarga nya, yang sudah lebih dahulu pulang ke Bali. Sudah 2 minggu mereka berpisah, dan aku juga mengerti apa yang adikku rasakan.

Rencana kepulanganku sempat 2 kali ditangguhkn, karena memang persiapannya belum beres.

Bagaimana mereka, atau pihak  rumah sakit, berusaha untuk mencari maskapai yang bisa membawa aku terbang dengan keadaan berbaring?

Mereka belum mendapatkan maskapai ang dianggap bisa memberikan kenyamanan dan keamanan untukku, sebagai pasien pasca-stroke. Sehingga, rencana kepulanganku di jadwalkan ulang.

Kami kecewa. Aku dan adikku.

Rencana kepulanganku yang pertama ini yang di jadwalkan ulang, membuat aku sempat berpikir buruk tentang sesuatu, seperti yang pernah aku pikirkan ketika anak2ku dan kedua orang tuaku pulang dan meninggalkan aku bersama adikku.

Aku sempat membayangkan, bahwa pesawatku akan meledak dan jatuh berkeping2 ......

Dan, aku merasa drop. Aku ketakutan. Dan aku menangis .....

Adikku sempat bingung, mengapa aku menangis. Seingatku, aku pun "bercerita" dengan cara tangan kiriku kuayun2kan, seakan pesawat yang meledak dan jatuh berkeping2!

Aku benar2 ketakutan, dan sempat aku berpikir, untuk lebih baik aku tinggal di San Francisco saja!

Adikku memelukku dan menenangkan aku, karena aku menangis sesegukkan. Aku benar2 ketakutan. Pikiranku seperti ditunggangi setan.Berpikir yang benar2 negatif sampai aku sama sekali tidak berniat pulang!

Tidak sebentar adikku menenangkan aku, dia memelukku dan berkata2 yang menghibrku, sampai akhirnya aku tenang kembali.

Hari2 setelah batal pada rencana kepulanganku yang pertama, aku jalankan dengan murung .....

Setelah itu, akhirnya pihak rumah sakit mendapatkan maskapai untuk membawaku terbang pulang ke Jakarta. Asuransi yang membiayaiku, membelikan tiket untuk ak dan adikku pulang ke Jakarta, dengan maskapai China Airline.

Aku akan diberi tempat di Fisrt Class dengan full berbaring selama I pesawat, tentunya bersama seseorang petugas medis yang menemaniku, dan adikku di kelas ekonomi.

Masalah satu sudah beres. Tetapi masih ada masalah baru yang memang harus diselesaikan adalah tentang tabung oksigen untukku. Tetapi, ternyata China Airline bisa membawakan tabung oksigen khusus untukku, sebagai fasilitas khusus bagi pasien pasca-stroke.

Rencana terbang pulang ke Jakarta yang kedua, tanggal 22 Januari 2010 saat itu, batal lagi. Harus dijadwalkan ulang karena pihak rumah sakit belum mendapatkan tenaga medis -- dokter atau setidaknya, suster - untuk menemaniku ke Jakarta. 

Pihak rumah sakit terus berusaha untuk menari tenaga medis itu.

Aku tidak terpikir bahwa ternyata untuk tenaga2 medis yang bisa mengantar dan menjemput pasien2 di seluruh dunia. Ternyata, tenaga2 medis itu bukan bersumber dari rumah sakit tempat pasien2 itu dirawat,

Dari infomasi yang aku dapatkan dari dokumen2 kepulanganku,

Ada sebuah perusahaan atau instansi atau apapun namanya, berlokasi di Alaska Amerika Utara, dimana perusahaan tersebut mencetak tenaga2 medis terutama suster atau bruder (suster laki2), yang bertugas untuk mengantar atau menjemput pasien2 dari seluruh dunia, ke seluruh dunia!

Dan, rumah sakit menyediakan seorang bruder atau suster laki2 yang tinggi besar walau sudah tua, yang akan membantu ku serta menemaniku ke Jakarta.

Namanya Bruder Frank.

Dia sengaja diterbangkan dari Alaska, tempatnya dia bekerja untuk mengantar dan menjemput pasien2 dari dan keseuruh dunia, ke St.Francis Hospital di San Francisco, untuk membantuku!

Dan, Bruder Frank akan datang, tepat sesaat aku diterbangkan dari San Francisco .....

Rencana pemulanganku, akhirya benar2 terlaksana pada jadwal ketiga pada tanggal 24 Januari 2010 saat itu. Ah, senangnyaaaa ......

***

Rencana kepulanganku sempat 2 kali di jadwalkan ulang. Dari taggal 19 Januari, 22 Januari dan akhirnya kami akan terbang pulang tanggal 24 Jenuari 2010. Cukup lama setelah aku berangan2 bisa segera bertemu dengan kedua anakku di Jakarta.

5 hari yang cukup lama untukku, walau sebenarnya semua adalah untuk persiapan2 kepulanganku. Karena keadaanku yang sebenarnya belum mampu untuk pulang.

Aku disupply berbagai macam makanan yang baik dan sehat, obat2an dan vitamin2 serta kekuatan psikologisku. Karena aku segera akan kembali ke duniaku, dimna mungkin tidak akan ramah menerimaku ......

Miss Randy pun terus menggemblengku di hari2 terakhir, sehingga pada hari saat aku terbang, aku sudah mulai membaca walau seperti belajar membaca anak TK. Paling tidak, aku bisa sendiri membaca komentar2 teman2ku di timeline Facebook ku.

Adikku pun, bersiap pulang dan membeli beberapa barang2 yang diminta oleh keluarganya di Bali. Dia menjadi sering keluar malam sebelum pulang ke hotel, untuk mencari barang2 pesanan tersebut.

Aku pun sempat diajak ke toko rumah sakit oleh adikku, dengan memakai kursi roda.

Adikku meminta aku membeli barang2 yang aku mau, untuk oleh2 kedua anak2ku. Aku memng tidak mempunyai uang lagi, karena semua dokumenku selain baju2 dan passportku, sudah dibawa pulang oleh kedua orang tuaku.

Tetapi, kata adikku, bapakku memberikan uang untukku yang dititipkan oleh adikku, sehingga aku bisa memilih barang2 yang akan kuberikan kepada anak2ku.

Ada sebuah boneka gajah besar, yang memang disukai Michelle, dan aku membelikannya untuknya. Untuk Dennis, aku membelikan mobil2an, semoga dia suka.

Walau kepalaku terasa berat karena harus duduk selama beberapa saat di kursi roda, aku cukup senang karena ada kesempatan memberikan oleh2 untuk anank2ku terkasih .....

Ada uang tersisa, aku membeli sebah patung gajah kecil untukku sendiri, kenangan bahwa aku pernah berada di titik  terbawah di kehidupanku sebagai pasien pasca-stroke.

Hatiku berdendang ......

Beberapa hari lagi, aku akan bisa mmeluk edua anakkku lagi! Bisa bertemu bapak dan ibu ku lagi! Dan bisa berada di duniaku lagi, walau masih tanda tanya, apakah mereka bisa menerimaku lagi, seperti dulu?

Dokter Gandhi sering hilir mudik ke kamarku, guna membahas detail untuk rencana kepulanganku, dengan adikku. Mereka sering asik sendiri, meninggalkankudengan pikiranku sendiri.

Aku tidak terlalu peduli. Aku hanya terbius dengan kebahagiaanku, untuk pulang ke Jakarta. Aku sudah tidak sabar!

Hatiku terus berdendang ......

Membuat aku sering tersenyum bahkan tertawa!

Seringkali, aku merasa bahagia tanpa ada yang terlihat yang menyenangkan, sehinga aku bisa tertawa terbahak2 dengan keras sekali!

Sepertinya, itulah momen2 "aneh" tentang kebahagiaanku!

Aku ingat, waktu itu aku merasa sangat bahagia, walau tidak taahu dengan pasti tentang itu. Laju emosiku sangat ekstrim. Seperti roller coaster saja! Suatu saat, aku bisa sedih luar biasa, dan mrmbayangkan sesuatu yang terburuk akan terjadi.

Dan disaat yang sama beberapa saat kemudia, aku bisa tertawa terbahak2 sampai adikku sering bingung. Dia pun sering mem-vidroku sejak aku mulai bisa "berbicara" dengan bahasa alien dan suara yang bergumam.

Sehingga, suatu saat ketika Dokter Gandhi sedang ada di kamarku, tiba2 aku tertawa terbahak2, sehingga Dokter Gandhi pun ikut tertawa, sambil berkata,

"Young lady ....kamu itu (saat itu) adalah pasien kami yang terparah keadaannya, tetapi kamu tahu? Suara tawamu sering terdengar dan menggema sampai di ujung rumah sakit ini" .....

Hahaha .....

Aku tidak tahu, apakah itu kata2 yang mendukungku dan tawaku benar2 terdengar di ujung rumah sakit itu, atau hanya sekedar dia memberikan semangat saja untukku?

Terserah saja .....

Yang jelas, selama ini Dokter Gandhi inilah yang merawatku dengan sangat baik serta memberikan semua fasilitas2 untuk pemulihanku. Walau, pada awalnya aku sempat berpikir negative dengannya setelah dia memvonisku "hanya bisa berbaring saja di sisa hidupku".

Dokter Gandhi benar2 melayaniku dengan sangat baik!

Dia pun sering membawa kolega2nya datang kerangku. Entah mereka berdiskusi apa, aku tidak mengerti. Tetapi, kolega2 Dokter Gandhi pun menguatkanku dengan terus melakukan beberapa terapi fisik untukku.

Sampai pada ahkirnya, tanggal 24 Januari pun datang ......

Pagi itu, tanggal 24 Januai 2010, aku tetap sedikit takut, kalau2 akan di undur lagi untuk kepulanganku. Karena sampai pada saat makan pagi itu, pun Bruder Frank tidak atau belum datang! Jika tidak datang, pasti kepulanganku akan didundur lagi.

Hari itu, persiapan2 mulai jelas.

Adikku sudah cek out dari hotelnya dan membawa barang2nya ke kamarku, untuk langsung bersamaku ke bandara San Francisco. Barang2ku pun, dia packing ke dalam koporku. Tidak banyak karena selama di rumah sakit, aku hanya memakai baju biru untuk pasien rumah sakit itu.

Aku dimandikan, atau lebih tepatnya, tubuhku dibersihkan oleh suster. Aku dipakaikan tetap baju biru rumah sakit. Tubuhku di bungkus seperti di bedong, selimut putih, setelah sebelumnya ada baju hangat untukku.

Kantong katetrku diganti, rambutku dikeramasi, dan aku di dandani dengan bedak dan prfum.

Hahaha .....

Aku merasa sepereti bayi. Di dandani jik mau ke dokter atau jslan2. Dengan bedak dan minyak telon. Dan, tubuhku terasa segar .....

Waktu itu, setelah makan siang. Seingatku, pesawatku akan terbang sekitar jam 7 atau 8 malam waltu San Francisco, dan transit di Taiwan karena kami menumpang maskapai China Airline.

Dokter Gandhi terus menemaniku, dan kolega2nya hilir mudik ke kamarku.

Sampai sekitar jam 2.00 sore itu, tiba2 ada suara menggelegar .....

"Hai, beautiful lady .... How are you? Ready to fly?"

Bruder Frank!

Aku belum pernah kenal, tetapi ketika meyapa aku demikian, aku tahu bahwa itu Bruder Frank! Aku tersenyum dan tertawa. Dia adalah seorang tua yang tinggi dan besar, rambut putih dan pembawaannya sangat ceria!

Bruder Frank ceria sekali. Dia tertawa2 dan sepertinya sedia dikenal banyak tenaga medis di rumah sakit itu. Mereka ceria dan bercanda terus. Sepertinya, Bruder Frank sering diminta untuk mengantar dan menjemput pasien2 di rumah sakit ini.

Persiapan terakhirku adalah supaya aku tidak BAB selama di pesawat, sehingga aku harus diberikan obat khusus. Kantong kateter sudah dipersiapkan, dan semua sudah siap .....

Dokter Gandhi berkumpul dengan beberapa kolega2nya di samping tempat tidurku. Termasuk Brder Frank. Dokter Gandhi memberi beberapa nasehat, termasuk kepada Bruder Frank, yang diterima dengan baik, untuk membantuku.

Aku senang sekali, sekaligus sedikit sedih. Karena, selama lebih dari 2 minggu, atau lebih tepatnya selama 16 hari dirawat dengan sangat baik di rumah sakit ini. Dokter Gandhi yang baik, serta beberapa kolega2nya. Suster2 serta Miss Randy yang sangat berjasa untuk aku bisa berbicara lagi .....

Sampai pada saatnya .....

Aku dipindahan dari tempat tidurku ke atas brangkar rumah sakit, untuk membawaku ke mobil ambulance. Aku dimasukkan ke ambulance, bersama denang adikku dan Bruder Frank. Koper2 kami un dimasukkan ke dalam ambulance.

Dokter Gandhi dan suster2 semuanya, melambaikan tangannya kepadaku. Dengan berbagai pesan dan doa mereka kepadaku, adalah sebuah pesan sederhana tetapi sangat mendalam dalam hatiku ......

Aku tidak sempat berfoto2 dengan mereka, bahkan Dokter Gandhi pun sama seali tidak ada fotonya! Aku menyesal sekali, tidak ada kenangan dengan Dokter Gandhi!

Begitu pintu ambulance tertutup, dan sirine mulai mengaum, mobil ambulance pun bergerak.

Doker Gandhi dan semuanya, melambaikan tangannya, walau aku tidak bisa melihat mereka, karena aku tetap berbaring di ambulance. Tetapi, aku membayangkannya, betapa suasana gembira yang mereka persembahkan untukku selama ini ......

Bruder Frank terus mengoceh dan membuat aku terus tersenyum.

Dia benar2 membat aku tenang dan bahagia. Dia seperti bapakku, memelukku dengan hangat, memegang tanganku serta bercerita seakan aku mengerti dengan ceritanya.

Hahaha .....

Kadang2 aku tidak mengerti, dengan bahasa Inggris yang sangat cepat. Tetapi, aku tahu dia bercerita apapun itu, untuk membuat aku nyaman dan tenang, untuk persiapan kembali ke duniaku di Jakarta.

Ambulance melesat cukup perlahan, menuju bandara internasional San Francisco, sekitar 20 km dari pusat kota San Francisco.

Aku tahu, ini justru awal dari segalanya, setelah aku terserang stroke tanggal 8 Januari 2010 lalu. 

Aku tahu, ini bukan akhir dari hidupku, justru ini adalah awal ......

Aku tahu, setelah ini justru aku harus berjuang penuh untuk menghadapi kehidupanku ....

 Aku sebagai seorang pasca-stroke dengan lumpuh separuh ubuh kanan, dan aku yang benar2 belum mampu untuk bergerak dan berbicara .....

Belum lagi, ketika aku harus berjuang penuh untuk hidupku, dan untuk pendidikan kedua anak2ku.  

Aku tahu dan aku sadar itu ....

Masa depanku masih abu2. Tidak jelas. Bukan gelap, tetapi tidak terang. Tetapi sungguh, abu2.

Bagaimana aku bisa menjadikan masa depanku putih atau bening, bukan menjadikannya gelap atau hitam. Aku harus menjadikan puitih atau bening ......

Sekitar 30 menit kami di dalam ambulance, hatiku campur aduk. Kadang ak bahagia, senang dan tidak sadar untuk sampai ke Jakarta, kadang juga aku pesimis dengan masa depanku. Aku tidak tahu, tetapi aku benar2 harus siap untuk itu ......

Bruder Frank terus berceloteh dan ditanggapi oleh adikku sambil tertawa2. Aku tidak peduli, dan aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benakku. Dan, semakin memikirkan yang tidak2, semakin otak kiriku berdenyut!

Tetapi, ketika aku sangat excited dengan kebahagiaanku untuk terbang pulang, juga semakin berdenyutlah otak kiriku! Sehingga, aku benar2 harus mengendalikan emosiku .....

Mobil ambulance terus menaum .....

Dan begitu mobil sampai ke bandara, pintu terbuka dan brankar diturunkan. Diganti dengan brankar dari bandara, dan tubuhku dipindahkan ke brankar bandara.

Adikku mengurus koper2 kami untuk check-in, dan Bruder Frank mengurusku. Aku diatas brankar di dorong petugas bndara dan Bruder Frank yang mengurus dokumen2 ku, tentang sakitku.

Dan, setelah koper2 dan check-ip selesai dan dokumen2 ku tentang sakitku pun selesai, aku di dorong untuk masuk ke ruang tunggu eksekutif, untuk pasien yang akan terbang.

Dalam perjalanan ku ruang tunggu, tiba2 ada seorang ibu2 sepertinya orang berada, dari Indonesia. Dia bertanya, apa ang terjadi, dan Bruder Frank pun menjelaskannya. Lalu, itu itu berkata, yang membuat aku tiba2 drop,

"Kasihan kamu ya, masih muda tetapi cacat" ......

Mungkin, dia tidak bermaksud membuat aku drop tetapi mungkin hanya sekedar berkomentar saja. Dan, itu benar2 membuat aku drop!

Aku semakin sadar, begitu aku "lepas" dari rmah sakit menuju duniaku yang lama, itu adalah aku masuk ke duania realitas ku. Aku harus kuat, karena jika tidak aku akan semakin terpuruk!

Dan, begitu aku di ruang tunggu selama 1 jam kami menunggu boading, emosiku mulai tidak terkontrol ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun