Aku benar2 ketakutan, dan sempat aku berpikir, untuk lebih baik aku tinggal di San Francisco saja!
Adikku memelukku dan menenangkan aku, karena aku menangis sesegukkan. Aku benar2 ketakutan. Pikiranku seperti ditunggangi setan.Berpikir yang benar2 negatif sampai aku sama sekali tidak berniat pulang!
Tidak sebentar adikku menenangkan aku, dia memelukku dan berkata2 yang menghibrku, sampai akhirnya aku tenang kembali.
Hari2 setelah batal pada rencana kepulanganku yang pertama, aku jalankan dengan murung .....
Setelah itu, akhirnya pihak rumah sakit mendapatkan maskapai untuk membawaku terbang pulang ke Jakarta. Asuransi yang membiayaiku, membelikan tiket untuk ak dan adikku pulang ke Jakarta, dengan maskapai China Airline.
Aku akan diberi tempat di Fisrt Class dengan full berbaring selama I pesawat, tentunya bersama seseorang petugas medis yang menemaniku, dan adikku di kelas ekonomi.
Masalah satu sudah beres. Tetapi masih ada masalah baru yang memang harus diselesaikan adalah tentang tabung oksigen untukku. Tetapi, ternyata China Airline bisa membawakan tabung oksigen khusus untukku, sebagai fasilitas khusus bagi pasien pasca-stroke.
Rencana terbang pulang ke Jakarta yang kedua, tanggal 22 Januari 2010 saat itu, batal lagi. Harus dijadwalkan ulang karena pihak rumah sakit belum mendapatkan tenaga medis -- dokter atau setidaknya, suster - untuk menemaniku ke Jakarta.Â
Pihak rumah sakit terus berusaha untuk menari tenaga medis itu.
Aku tidak terpikir bahwa ternyata untuk tenaga2 medis yang bisa mengantar dan menjemput pasien2 di seluruh dunia. Ternyata, tenaga2 medis itu bukan bersumber dari rumah sakit tempat pasien2 itu dirawat,
Dari infomasi yang aku dapatkan dari dokumen2 kepulanganku,