Semakin aku mencoba, semakin tangan kiriku terasa berat untuk menuliskannya! Akhirnya, hanya coreat2 khas anak TK yang sedang belajar menulis .....
Berkali2 aku dilating untuk menulis, sampai Miss Randy selesai men-terapi dan bersiap untuk keluar ruanganku, dia memberikan tugas2 untuk aku menterapi diriku sendiri. Belajar untuk mengontrol otakku dan belajar untuk "memaksa" otakku untuk melakukan yang aku inginkan ....
Ya, aku harus belajar untuk "berbicara" dengan otakku, dan "memaksa" otakku untuk aku bisa hidup dengan lebih baik.
Hari ini, hari kesembilan aku dirawat di rumah sakit ini, aku mendapatkan pelajaran baru lagi, untuk mengendalikan tubuhku.
Aku sadar, otakku adalah mesin dan pengendali tubuhku.
Sehingga, ketika otak kita atau otkku sudah cacat, tentu ada bagian2 yang tidak bisa dikendalikan. Aku sendiri tidak atau belum tahu, berapa besar dan dimana letak kecacatanku, tetapi aku memang merasa dengan otak kiriku yang sungguh cacat, banyak titik2 lemah sehingga aku susah mengendalikan tubuhku.
Dalam haiku, setelah aku pulih dan bisa pulang ke Jakarta, paling pertama adalah mulai mempelajari otakku yang cacat ini. Aku akan mencari tahu dengan dokter2ku.
Ya, aku harus mempelajari otakku yang cacat ini, supaya aku bisa mencari tahu, bagaimana aku bisa bertahan dalam hidupku.
Miss Randy keluar dari ruanganku, sesaat makan siang ku datang ....
Sekalian, adikku Didit datang membawa makan siangnya sendiri. Begitu juga Dokter Gandhi masuk ke ruanganku.
Mereka berdiskusi tentang kemajuanku. Didit menjadi waliku untuk menjaga ku, ketika kedua orang tuaku sudah terbang ke Jakarta, dan dia yang beranggung jawab untuk mmbawa aku pulang, setelah aku bisa atau boleh terbang.