Kontribusi dari berbagi disiplin ilmu itu, bisa saja saling mendukung atau menentang. Tetapi tetap harus menjadi satu, karena konsep ini akan terus ada, yaitu mempunyai pengguna dari semua orang tanpa diskriminasi!
Jika ada kelompok yang tidak bisa menggunakan kara arsitektural tersebut, berarti desain itu bisa dibilang gagal!
Karena pada akhirnya, seorang arsitek yang menghasilkan karya arsitektural, dia dituntut bukan hanya bisa mendesain yang bagus, modern,cetar dan membahana serta bombastis saja, tetapi dia pun dituntut untuk bisa menghasilkan karya yang bisa digunakan bagi semua kelompok, terasuk kaum berkebutuhan khusus ......
Masalah2 itu semakin muncul, jika si desainer tidak mempunyai rasa empati untuk membuat krya nya bisa digunakan sesuai dengan fungsinya. Atau kebalikannya, jika pengguna karya arsitektural itusebut,earasa swlalu tidak nyaman dan egonya terlalu tinggi, sehinga semuanya selalu salah.
Pertentangan2 antara disiplin ilmu, atau si desainer dan pengguna dari berbagai kelompok masyarakat itu, ditambah dengan ketidak-sinkronana peraturan2 yang sudah disesuaikan, akhirnya akan banyak perunahan2 dalam jarya arsitektural ini.
Dan ini akan menghasilkan karya arsitektural yang tambal sulam, dan menjadi "benalu" yang tumbuh di inangnya. Desain yang tambal sulam itulah salah satu yang akan menghasilkan alam yang menjadi porak poranda.
Kepedulian desain arsitektural memang tidak gampang.
Antara desain dan kepedulian pun, seringkali sebagai "musuh". Disatu sisi, desain adalah untuk knyamanan bagi pemakai termasuk keindahan, tetapi disisi lainnya tentang kepedulian, seakan justru dianggap sebagai batu sandungan .....
Sekarang, semua orang bisa memilih,
Arsitek pun punya pilihan,
Ketika seorang arsitek memilih untuk peduli dalam segala hal, dan memilih menghasilkan karya arsitektural yang humanis, peduli dengan berbagai disiplin ilmu serta berorientasi dengan konsep "ramah disabilitas",