Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebuah Kesaksian: Untuk Kesekian Kalinya, Tuhan Menjaga Persiapan Pameranku

23 Oktober 2019   11:03 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

 Sekitar jam 00.00, kami memulai pemasangan materi2 pameranku. Beberapa temanku dari RHI sudah membuka doos2 untuk dibuat 5 rak2 serta 4 meja besar untuk diorama kereka Shinkansen ku. Dan aku sendiri sudah memulai mengeluarkan barang pernak pernikku, yang bisa aku lakukan dengan hanya tangan kiriku.

Semua bekerja dengan cepat, dan diselingli bercadaan. Panel2 terus dipasang, sampai pada akhirnya sudah dibuka dan dipasang jam 01.00 dini hari. Daaannn...

"Bu, semua selesai. Ada 50 frames, ya!" (50 frames berarti 25 panel)
Aku terkejut!

Betapa tidak? Aku melihat area pameranku masih kosong. Mungkin baru setengahnya, koq katanya sudah selesai? Koq aneh?

Aku menghitung, dan baru 25 panel atau 50 frames! Ya, benar, HANYA 50 FRAMES!

Pesananku sejak awal tahun 2019 lalu, adalah 60 panel atau 120 frames. BUKAN 50 frames! Masih kurang separuh! Astagaaaaaa...

Jam 01.00 dini hari, aku gay akin bahwa truk masih bisa mengantarkan ke venue. Belum lagi, supir dan keneknya, bagaimana? Aduh, aduh...

Entah apa yang salah, entah siapa yang salah, aku tidak mau tahu, tetapi aku membutuhkan 35 panel lagi atau 70 frames, untuk menampun materi2 pameranku. Kepalaku mendadak pusing dan aku mulai limbung.

Aku mulai WA beberapa orang, salah satunya bu Sonang, Kepala KFJ, Cuma 1 centang. Aku mengerti karena sudah lebih dari jam 01.00 dini hari. Aku tertunduk lesu, aku pasrah.

Kubayangkan, besok pagi pameranku berantakan. Dirjen Kementeri Kominfo RI yang membuka pameranku, akan kecewa. Direktur Kementerian Kominfo RI dan Direktur PT Pos Indonesia, pasti juga akan kecewa.

Ibuku, teman2 filatelisku dan semua undangan pasti memberikan 'jempol terbalik' untukku, duh....

Aku sudah tidak bisa marah, karena kepada siapa aku harus marah. MUNGKIN, ini hanya  sebuah kesalah pahaman saja. MUNGKIN, ada salah baca dengan permintaanku. MUNGKIN, ada salah dengan antara yang menugaskan dan yang mengambil barang atau panel2nya.

Atau,

MUNGKIN, memang yang menugaskan tidak mengerti beda antara panel dan frames. MUNGKIN, yang menerima tugas pun kurang mengerti tentang ini. Atatu, MUNGKIN memang ada kesengajaan atau sabotase.

Karena berkali2 aku pameran besar seperti ini, aku selalu membutuhkan MINIMAL 50 panel atau 100 frames! Dan, sudar proposalku pun jelas2 tertulis permhonanku untuk 60 panel atau 120 frames! Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk bisa salah, apalagi salah kirim kurang sepahuhnya!

Aku tertunduk lesu, walau itu baru bayanganku saja.

Aku menyingkir dari posisiku untuk sebentar memikirkan, apa yang aku harus lakukan. Aku diam. Aku tunduk berdoa. Dengan menahan tangisan, dengan dada bergemuruh karena kecewa dan marah, dan dengan kebingungan yang amat sangat, aku berdoa khusyuk, memohon pertolongan Tuhan.

Tiba, pak Sarjono yang mengurus pae2 ini dari PT Pos Indonesia, bertelponan dengan seseorang, yang sepertinya menugaskan untuk mencari truk dn supir untuk mengambil panel2 yang kurang di TMII. Bukan di gudang Kementerian Kominfo RI, yang sedianya merupakan sumber panel2ku, dari Bp Rudiantara.

Aku tidak mau ikut campur dengan mereka, tetapi aku yakin, doaku sudah terkabul.

Puji Tuhan.

Mungkin, jam 02.00 dini hari baru mendapatkan truk dan supirnya entah darimana, dan harus mengambil panel2 dari TMII, Museum Prangko. Dari TMII barulah ke Central Park Mall, tempat aku berpameran.

Sekitar jam 04.00 dini hari, panel2 pun datang. Cukup lama kami "menganggur" untuk memasang materi pameran, karena panel2 nya sudah penuh terisi. Jam 05.00 subuh tanggal 7 Oktober 2019, kami memulai lagi pemasangan materi2 pameran.

Karena panel2 dari TMII ini adalah panel2 lama yang tidak ada penyekat untuk memasang materi2 pameran, sehingga kami harus memasang materi2 filateli dengan selotip.Berarti, ada watu lebih lama untuk memasanganya!

"Kecepatan" kami terus berkurang, karena dalam memasang materi filateli, kami harus menggunting selotip-selotip, menempelkan pada materinya, dan memasangnya di panel. 1 frames, penuh antara 25 menit sampai 30 menir, dan jika aku yang memasang, bisa sampai 45 menit!

Padahal, dengan panel2 yang baru dari Bp Rudiantaara, materi filateli tidak perlu ditempeli selotip karena suah ada sekat2 yang bagus dan rapih!

"Penurunan" kinerja kami pun juga karena kami sudah terlalu cape! Jam 05.00 dini hari, dimana kami belum tidur, membuat kami benar2 dropt. Lambat sekali!

Aku sadar dan aku maklum. Teatpi, harus bagaimana? Pe,bukaan pameran kurang dari 5 jam lagi!

Kami tetap bekerja secepat2nya, walau kecepatan kami terus menurun. Tangan kiriku semakin cepat untuk menempel materi filateli, dengan mata merah karena mulai ngantuk, dengan hati bergemuruh karena mulai stress, dan dengan pikirran terus berputar2, untuk mencari "jalan baru", JIKA INI TIDAK SELESAI!

Sampai pada akhirnya, aku pasrah dan berserah.

Jam 8.00 pagi, aku harus naik ke Pullman Hotel, untuk mandiri dan makan karena jam 9.00 harus bersiap menyambut tamu2 ku, dan pasti Bp Dirjen dan tamu2 VVIP ku.

Aku hanya punya waktu 1 jam saja, sementara panel2ku masih tersisah belasan yang kosong, yang belum terpasang materi filateliku. Aku sedih dan mataku memerah karena menahan tangis.

"Akhirnya, mungkin ini adalah pameranku terkahir yang akan berantakan!"

Begitu pikirku. Tetapi, semangatku terus mencambukku! Dengan doa sambil mengendarai kursi roda ajaibku, aku naik ke Pillman Hotel, dan meninggalkan beberapa temanku yang terus sibuk membantuku. Aku harus menyegarkan diri dan aku harus menerima apapun yang terjadi.

Konsekwensiku menag berat! Dengan pamerana sebesar ini, tanpa ada EO tanpa ada yang bertanggung jawab, secara detail, aku tahu semua resiko2nya. Walau aku tahu, aku tetap melakukannya, bukan?

Sehingga, tanggung jawabku benar2 terletak di oundakku sendiri. Jika Dirjen datang dan menemukan pameranku berantakan, konsekwensinya adalah ditahun depan ku akan semakin sulit untuk bisa berkarya ......

***

Do hotel, aku menumpahkan kesedihanku di kamar mandi. Ibuku siap untuk turun, anak2 mba Novie pun siap untuk turun. Wajah ku yang lesu pun tidak luput dari mba Novie dan ibu. Aku bercerita singkat, dan mempersilahkan melihat sendiri, tapa aku berlama2 dalam kesedihanku.

Aku mansi cepat, memakan beberapa cemilan dngan cepat, memakain baju Yukata Merah dan Obi serta Pita kuningku, siap turun dan menyambut tamu-tamu ku.

Aku turun lagi ke venue di Central Pak Mall lantai LG dengan ibu, dan sudah memakai Yukataku, juga ibuku. Wajahku suah tenang, dan tersenyum pasrah.

Begitu aku sampai di area pameranku.

Astagaaaaaaa..

Semua sudah selesai dengan baik, raph dan cantik!

Tidak ada sama sekali sisa2 keributan dan barang2 yang tercecer! Semua rapih! Semua cantik! Bahkan, diorama kereta Shinkansen, diorama Castle Jepang dan pernak pernik souvenir Jepang pun, tersusun dengan cantik sesuai yang aku bayangkan!

Belum lagi, materi2 filateliku, sudah selesai dalam panel2 yang sudah di bersihkan!

Astagaaaaaaaa.
Apa yang terjadi?
Aku tidak tahu! Aku tidak tahu, astagaaaa!
Sungguh, perhitunganku meleset sama sekali!

Aku tidak tahu, apa yang terjadi!
Dan, aku mengamininya, sekali lagi Tuhan Yesus datang dan membantuku, lewat teman2ku dengan kecepatan penuh.
Ya, Tuhan Yesus ku datang lagi, yang kesekian kalinya, untuk menolong ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun