By Christie Damayanti
Â
Fasilitas dalam bangunan sangat beraneka ragam. Dan semuanya harus bisa diakses oleh semua orang, semua warga negara termasuk penyandang disabilitas. Itu harus disadari sepenuhnya, dari awal, untuk mulai bergerak maju!
Mungkin juga ita semua tidak ada yang sadar, ketika penyandang disabilitas itu membutuhkan fasilitas2 tertentu. Karena kita adalah orang2 normal dan sehat, membuat kita benar2 merasa, "Ah, semua fasilias sudah ada koq. Mau bagaimana lagi?"
Karena pada kenyataannya, ketika artikel2 ku tentang disabilitas banyak yang membaca dan banyak yang inbox aku, mereka bertanya bahwa mereka baru tahu bahwa penyndang disabilitas itu benar2 "berbeda" dengan masyarakat umum yang normal dan sehat.
Bahkan, ketika aku menulis tentang keadaanku karena keterbatasanku saja, mereka belum sadar bahwa penyandang disabilitas memang membutuhkan fasilitas khusus untuk bisa "bergerak maju", karena aku pun berada dalam komunitas disabilitas .....
Sekarang tentang lift atau elevator
Pertanyaannya, menurut kalian semua, apakah litf2 yang keren2 ini di Jakarta ini sudah sesuai dengan standard untuk disabilitas?
Karena aku adalah seorang disabiliras pemakai kursi roda, jawabanku adalah BELUM SEMUA!Mana yang belum dan mana yang sudah?
Lift atau elevator adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertical di dalam bangunan. Berfungsi dan harus bisa dipakai oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Lift sendiri ada beberapa jenis. Ada lift penumpang biasa, lift barang atau lift proyek, sehingga fungsi ini memang bisa berbeda. Jika lift barang dan lift proyek, tentu tidah harus bisa untuk penyandang disabilitas.
Karena lift in memang untuk pengangkutan vertical, tentunya merupakan bagian dari bangunn tinggi. Standard untuk keberadaan lift adalah bangunan minimal 5 lantai, harus menyediakan minimal menyediakan 1 buah lift yang aksesibel bagi penyandang disabilitas.
Kecuali pada bangunan2 khusus, bahkan bangunan hanya 1 lantai pun bisa dihadirkan lift, jika bangunan itu untuk rumah sakit atau panti jompo, yang memang membutuhkan sarana angkutan vertical.
Sebuah lift itu bukan sekedar sarana angkutan vertical saja, walu aksesibel bagi penyandang disabilitas. Karena akan sama saja bohong, ketika sebuah lift yang aksesibel bagi penyandang disabilitas pemakai kursi roda, tetapi ketika seorang disabilitas itu hanya sendiri untuk menggunakan lift, ternyata untuk memencet tombol naik atau turunpun tidak bisa!
Contoh yang salah :posisi tempat sampah, yang menghalangi penyandang disabilitas untuk menekan tombol naik dan turun. Harus minta bantuan pada orang lain
Mengapa? Karena didepan tombol itu diletakan tempat sampah!Dan itu sering terjadi dengan ku ketika aku hanya sendirian di sebuah mall dan harus meminta bantuan orang lain karena tidak bisa memencet tombol karena ada tempat sampah didepannya!
***
Setelah kita masuk lift, aku sebagai penyandang disabilitas  pemakai kursi roda pun, susah atau bahkan tidak bisa memencet tobol lantai2nya, terutama jika tombol lantainya berada tinggi, sehingga aku harus berdiri dari kursi rod atau bahkan tidak mampu menjangkau karena untuk keluar kursi roda pun tidak gampang!
Lagi2 aku harus meminta bantuan orang lain. Bagaimana jika aku benar2 sendirian di dalam liff?
Belum lagi jika kita berbicara tentang disabilitas netra, yang setiap tombol pencetannya harus disertai dengagn huruf2 Braille,bahkan di banyak negara, lift di ruang public sudah dilengkapi dengan suara untuk setiap lantai, sehingga disabilitas netra bisa tahu, dia berada di lantai berapa dan harus turun di lantai berapa!
Dan selama aku hidup sebagai bagian dari penyandang disabilitas, di Indonesia khususnya di Jakarta, aku belum menemukan sebuah lift yang benar2 mampu menjangkau semua jenis disabilitas yang ada!Jika yang satu ada, yang lain tidak ada. Ini membuktikan bahwa kepedulian negara kita tentang disabilitas masih sangat kurang ......
***
Contoh tentang keberadaan lift untuk peyandang disabilitas
Tombol pencetan lift HARUS BEBAS DARI SEGALA MACAM BENDA, sehingga penyandang disabilitas mempunyai akses untuk memencet tombol sendiri. Dan ketinggiannya pun antara 90 cm sampai 120 cm.
Dan ketinggian tombol ini pun minimal setinggi kursi roda, sehingga mereka mampu menjangkaunya. Tetapi tidak bisa dijangkau anak2 balita, supaya mereka tidak bisa kesana sendiri karena cukup berbahaya bagi mereka.
Ruang lift pun harus aksesibel untu penyandang disabilitas. Artinya, di dalam ruang lift, pemakai kursi roda harus mampu berputar dan mampu menjangkau tombol2nya. Berarti tombol2 itu HARUS ADA 2 SET.
Yang pertama untuk masyarakat biasa dengan ketinggian standard sampai 150 cm, tetapi ada 1 set tombol yang lain, setinggi seminimalnya sekitar 90 sampai 120 cm, supaya pemakai kursi roda bisa langsung memencet tombol, tanpa bantuan orang lain. Dan ini sudah disepakati sebagi standard internasional. Hanya beberapa mall di Jakarta, itupun mall baru yang meakukan ini.
***
Ditambah lagi, semua tombol pada lift harus dilengkapi dengan huruf Braille, dimana pemasangannya harus diawasi oleh yang mengerti. Dan semua symbol harus dibuat timbul. Karena jika pemasangannya terbalik, huruf itu tidak ada artinya! Dan disabilitas netra akan bingung ......
Jangan lupa! Karena jenis disabilitas cukup beragam, di ruang lift sendiri harus dilengkapi oleh hand-rail setinggi minimal 80-90 cm, untuk berpegangan lanjut usia atau disabilitas2 yang membutuhkan pegangan.
Selalu ada handrail di dalam lift untuk berpegangan. Control panel dan tomnol2 itu MINIMAL DI KETINGGILAN 90-12 CM, atau dibuat 2 set. Untuk masyarakat biasa dan untuk pemakai kusi roda
***
Waktu pintu membuka dan memnutup, dipastikan jangan terlalu cepat, karena untuk bergerak si pemakai kursi roda, tidak terlalu cepat. Mungkin sekitar 3 sampai 5 detik. Pastikan pintu belum menutup ketika si pemakai kursi rodak bergerak masuk atau keluar lift. Dan jika kepedulian itu ada, disarankan orang2 yang ada disekeliling itu, dihimbau untuk menjaga agar pintu lift tetap terbuka, dengagn memencet tombol, misalnya!
Bagaimana dengan lobby lift?
Untuk menunggu lift datang, lobby lift harus aksesibel. Dengan adanya kursi roda, minimal pada lobby lift memlunyai dimensi sedemikian sehingga kursi roda bisa berada disana, termasuk bersama masyarakat umum yang lainnya.
Dan aksesibilitas lift merupakan bagian dari kepedulian kita. Jika ada penyandang disabilitas berada dalam antrian, seharusnyalah kita yang sehat dan normal bukan sekedar membantunya, tetapi juga mempersilahkan untuk masuk terlebih dahulu, seperti yang dilakukan oleh negara2 maju.
Bukan malah menyerobotnya, seperti yang terjadi padaku di beberapa ruang public di Jakarta .....
Lobby lift yang aksesibel, tombol pencetan lift yang rendah, rambu untuk penyandang disabled yang jjelas, paah untuk menuju kesuatu tempat yang jelas, dan tanda dilarang merokok adalah juga yang terutama!
Â
Sebelumnya :
Pintu untuk Disabled? Seperti Apa, sih?
Bahkan "Jalur Pemandu" Sengaja Dipasangi Segitiga Orange sebagai Pembatas! Astaga!!!
Catatan tentang Disabilitas Netra dan Pemakai Kursi Roda
Seperti Apa, Pedoman 'Ruang Publik' Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas?
'Parkir Disabled' malah Untuk Parkir Valet!Â
Taman [Bermain] 'Ramah Disabilitas?' Lebay, ah .....
Sebenarnya, Bagaimana Standardisasi [Minimal] untuk 'Toilet Disabled?'
Ruang Publik yang Harus Aksesibel bagi Disabilitas
"Rute Aksesibel" pada Jembatan Penyeberangan [Juga Bagi Disablitas]
Aksesibilitas Bagi Disabilitas di Ruang Publik Luar Bangunan
Pedestrian untuk Disabilitas tanpa Diskriminasi
'Pedestrian Baru' Jakarta, Hasilnya Apa?
Konsep 'Universal Design' Secara Internasional bagi Disabilitas
Dasar untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas"
Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk .....
Menyesuaikan Tempat Kerja, Bukan Berarti Perombakan Besar-Besaran
'Pergumulan' Penyandang Disabilitas
'Tampilan Bahasa' di Dunia Inklusi
Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk BerinteraksiÂ
Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama .....
'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?
Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?
Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja
"Beban Negara"kah, Kaum Disabilitas?
Kisah Seorang Gadis Tuna RunguÂ
"Zona Nyaman" Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi
"Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami" [Dunia Disabilitas]
Penyakit 'Multiple Sclerosis' yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk .....
Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka
Sekali Lagi, "Mereka Ada" : Catatan dari Rawinala
'Mereka' adalah Inspirasi yang Terpendam .....
Penyandang 'Pasca Stroke' Diminta Pensiun Dini? Sedih .....
Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!
'Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!'
Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!
Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke' .....
Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!
Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?'
'Peduli Disabilitas' : Dunia Berharga Penuh Makna
Sebuah Catatan dari Kaum Disabled
Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....
Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?
Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H