Kecuali pada bangunan2 khusus, bahkan bangunan hanya 1 lantai pun bisa dihadirkan lift, jika bangunan itu untuk rumah sakit atau panti jompo, yang memang membutuhkan sarana angkutan vertical.
Sebuah lift itu bukan sekedar sarana angkutan vertical saja, walu aksesibel bagi penyandang disabilitas. Karena akan sama saja bohong, ketika sebuah lift yang aksesibel bagi penyandang disabilitas pemakai kursi roda, tetapi ketika seorang disabilitas itu hanya sendiri untuk menggunakan lift, ternyata untuk memencet tombol naik atau turunpun tidak bisa!
Contoh yang salah :posisi tempat sampah, yang menghalangi penyandang disabilitas untuk menekan tombol naik dan turun. Harus minta bantuan pada orang lain
Mengapa? Karena didepan tombol itu diletakan tempat sampah!Dan itu sering terjadi dengan ku ketika aku hanya sendirian di sebuah mall dan harus meminta bantuan orang lain karena tidak bisa memencet tombol karena ada tempat sampah didepannya!
***
Setelah kita masuk lift, aku sebagai penyandang disabilitas  pemakai kursi roda pun, susah atau bahkan tidak bisa memencet tobol lantai2nya, terutama jika tombol lantainya berada tinggi, sehingga aku harus berdiri dari kursi rod atau bahkan tidak mampu menjangkau karena untuk keluar kursi roda pun tidak gampang!
Lagi2 aku harus meminta bantuan orang lain. Bagaimana jika aku benar2 sendirian di dalam liff?
Belum lagi jika kita berbicara tentang disabilitas netra, yang setiap tombol pencetannya harus disertai dengagn huruf2 Braille,bahkan di banyak negara, lift di ruang public sudah dilengkapi dengan suara untuk setiap lantai, sehingga disabilitas netra bisa tahu, dia berada di lantai berapa dan harus turun di lantai berapa!
Dan selama aku hidup sebagai bagian dari penyandang disabilitas, di Indonesia khususnya di Jakarta, aku belum menemukan sebuah lift yang benar2 mampu menjangkau semua jenis disabilitas yang ada!Jika yang satu ada, yang lain tidak ada. Ini membuktikan bahwa kepedulian negara kita tentang disabilitas masih sangat kurang ......