Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Kisah Tiga Sekawan

11 Juni 2011   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115900" align="aligncenter" width="676" caption="studentmagz.com"][/caption]

Rani, Rino dan Rian  adalah tiga orang sahabat karib. Di sekolah mereka dijuluki dengan sebutan 3R, yang tak lain gabungan hurup pertama dari nama mereka.  Karena ayah mereka adalah sahabat karib, maka tak heran apabila sejak kecil mereka sudah kenal satu dengan lainnya.

Rani sorang gadis periang yang senang bermain musik dan menyanyi. Ia di juluki "si kancil" oleh kedua sahabatnya, karena lincah dan banyak akalnya. Wajahnya cantik, berambut hitam sebahu. Gaya bicaranyapun blak-blakan dan suka berdandan ala pria. Tak ayal lagi ia sering juga dijuluki "si kancil" tomboy atau si tomboy.

Rino tak beda dengan Rani, memiliki hobi yang sama. Karena mahir bermain piano, ia sering mengiringi beberapa penyanyi di salah satu stasiun TV. Rino memiliki warna kulit agak hitam dan berambut ikal. Karena itulah ia di juluki "si hitam".  Gaya bicaranya tak beda dengan Rani, blak-blakan.

Beda dari kedua sahabatnya, Rian cenderung pendiam dan tidak memiliki hobi bermain musik atau menyanyi. Namun ia tetap suka pada bidang seni yatitu melukis. Sudah beberapa lukisan diselesaikan Rian bahkan sempat dibeli oleh beberapa teman kantor ayahnya. Dalam pelajaran sekolah, Rian tergolong anak yang pandai. Ia sering juara kelas. Oleh karena itu, dia dijuluki "si kutu buku."

***

Bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran akan dimulai. Ketiga sahabat itupun bergegas masuk. Kebetulan mereka satu kelas dan dudukpun berseblahan. Hari itu Rian kelihatan murung dan kurang sehat. Karena sifatnya yang pendiam, baik guru maupun teman-temannya tidak menaruh curiga terhadap keadaan Rian. Kecuali kedua sahabatnya, mereka mengenal betul perangai Rian.

"Rian ! Kamu tidak apa-apa ? Wajah mu pucat sekali. Apakah kamu sakit, Rian?" tanya Rino kepada Rian. Beberapa kali Rino mengulangi pertanyaan yang sama, tetapi Rian hanya terdiam saja.

"Ran ! kelihatanya Rino sakit. Apakah kita perlu memberitahukan bu guru ?" Bisik Rino kepada Rani yang sedang serius mengikuti pelajaran.

"Rian ! kamu sakitkah ? Aku anterin kamu ke UKS ya ?" kata Rani.

Rian masih tidak menjawab. Karena melihat keadaan itu, Rani langsung memanggil gurunya yang sedang menulis di depan kelas. "Bu ! Maaf bu saya mengganggu. Kelihatanya Rian sakit bu. Bolehkah saya mengantarnya ke UKS ?"

"Rian ! Kamu kenapa nak ?" kata gurunya lalu menghampiri Rian. Ia pun memegang dahi Rian untuk mengetahui suhu tubuhnya. "Ya ampun, kamu panas sekali Rian. Ayo ibu antar kamu ke UKS sekarang juga !" Lanjut bu guru kemudian membawanya ke UKS. Rani dan Rino menyusul dari belakang.

Sesampainya di UKS, kebetulan sekali dokter piket ada di tempat. Ia langsung memeriksa Rian dengan peralatan kedokterannya yang seadanya.

"Bu, Rian harus dibawa ke rumah sakit. Panasnya tinggi sekali. Saya sarankan ibu memberitahukan orang tuanya, saya nanti yang akan meminta pihak rumah sakit mengirimkan ambulance ke sini." jelas dokter.

Rani dan Rino yang mendengar perkataan dokter jaga itu. Seketika menjadi khawatir. Merekapun bergegas ke ruang kepala sekolah untuk meminjam telepon untuk memberitahukan kedua orang tua mereka.

***

Sesampainya di rumah sakit, Rian dibawa ke ruangan perawatan khusus. Di sana telah menunggu kedua orang tua yang di temani oleh kedua orang tua Rani dan Rino. Sementara itu beberapa dokter akhli sedang memerika Rian di dalam ruangan tertutup. Mereka tak sabar menunggu hasil pemeriksaan dokter.

Beberapa saat kemudian, terlihat dua orang remaja berlari dari kejahuan sambil berteriak ke arah orang tua mereka.

"Mama, Rian bagaimana ma ?" teriak Rani dari kejahuan tanpa menghiraukan suasana rumah sakit yang sepi. Sementara Rino langsung menghampiri kedua orang tuanya dan menanyakan keadaan Rian.

Kedua sahabat ini segera menghampiri kedua orang tua Rian. "Selamat siang tante, om. Bagaimana keadaan Rian?" tanya Rino tak sabar.

"Oh kamu Rian juga Rani. Tante belum mendapat kabar hasil pemeriksaan dokter. Kita berdoa ya nak, semoga Rian tidak apa-apa", jawab ibu Rian sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya.

Melihat kesedihan di mata ibu Rian. Kedua sahabat inipun larut dalam kesedihan yang sama. Masing-masing orang tua mereka, memeluk anak-anak mereka.

***

Sudah hampir sebulan Rian dirawat di rumah sakit. Bergantian, Rani dan Rino menjaganya jika mereka tidak ada ulangan. Mereka selalu melayani Rian dengan segenap hati mereka. Rian tetap belum boleh pulang karena penyakitnya sangat serius. Dokter-dokter sudah mengirim sample darah Rian ke beberapa rumah sakit untuk di periksa dokter-dokter yang lain, siapa tahu da 'second opinion'. Tetapi ternyata, memang sama saja, bahwa Rian mengidap suatu penyakit yang jarang sekali ada, mungkin hanya 1 orang dalam jutaan orang.

Rian tetap tenang dan bersemangat. Orang tuanya tidak memberitahunya tentang penyakitnya. Memang, wajahya selalu berseri-seri menandakan semangatnya. Tetapi tubuhnya semakin kurus dan Rian memang merasa lemas, ketika dia bangkit turun dari tempat tidur. Ya, Rian hanya bisa duduk di tempat tidur, Rian tidak bisa berjalan sendiri lagi .....

Rani dan Rino sangat mengasihi Rian. Dengan menggendong Rian di kursi rodanya, Rino teap berusaha bersenda gurau walau hatinya remuk redam. Dan setelah itu, biasanyalah Rani yang mendorong kuri roda Rian sambil berceloteh riang ..... dan Rian selalu terhibur dengan sapaan dan canda riang sahabat-sahabatnya itu. Begitu pula orang tua Rian, selalu senang melihat persahabatan mereka.

***

Bulan kedua, tubuh Rian makin kurus dan dokter-dokter mulai putus asa menyembuhkan Rian. Walau begitu, mereka tetap mencari tahu, bagaimana caranya Rian sembuh. Orang tua Rian juga berusaha mencari cara, apakah penyakit Rian bisa disembuhkan di luar negeri? Mereka masing-masing mencari cara untuk menyembuhkan Rian.

Rian sudah tahu bahwa dia mempunyai penyakit yang belum bisa tersembuhkan. Tetapi anehnya, Rian tetap semangat dan percaya bahwa dia akan sembuh. Rian selalu bersenandung lagu-lagu favoritenya dan biasanya sahabat-sahabatnya memainkan key-board yang selalu dibawah ke rumah sakit ini untuk menghibur Rian. Rian selalu berdendang memuji Tuhannya dan tetap percaya bahwa dia akan mendapatkan masa depan yang indah untuknya bersama dengan sahabat-sahabatnya ......

6 bulan sudah Rian di rumah sakit dan sekarang Rian hanya tergeletak tak berdaya di tempat tidurnya. Tubuhnya hanya tinggal tulang berselimut kulit saja. Tetapi wajahnya tetap segar dan gembira. Sahabat-sahabatnya tetap menjaganya dan selalu mengasihinya. Dan mereka tetap menghiburnya dengan berduet memainkan key-boardnya, mengiringi Rian berdendang lagu-lagu favoritenya.

***

Hari itu, bergegas Rino dan Rani menuju kamar Rian setelah orang tuanya menelponnya. Berdebar-debar mereka membuka pintu dan terlihat Rian berlinang air mata dengan mulut yang tidak bisa berkata-kata. Ya, Rian sudah lumpuh total. Hanya matanya yang bisa bergerak kesana kemari memancarkan keinginannya yang luar biasa untuk sembuh. Pancaran wajahnya sudah statis, tidak biasanya yang selalu terlihat gembira. Jiwanya sudah mati, tetapi rohnya tetap hidup ..... matanya memancarkan perasaannya bahwa dia menyayangi keluarganya, sahabat-sahabatnya dan teman-temanya.

Tak berapa lama kemudian teman-temannya datang untuk menjenguknya. Mereka melihat bahwa ini adalah yang terakhir kali mereka akan melihat Rian karena kondisinya yang sangat lemah. Rino dan Rani selalu berada di dekat tempat tidurnya sambil memijit-mijit tangannya.

Tiba-tiba, matanya meredup. Mulutnya hanya berteriak lemah dan setelah itu, kepalanya terkulai ..... Orang tuanya, sahabat-sahabatnya dan semua teman-temannya berseru tertahan. Rian telah berpulang di pangkuan Tuhan ......

***

Tak terkira semuanya berkubang sedih sepeninggal Rian, terutama keluarga dan sahabat-sabahatnya. Berbulan-bulan Rino dan Rani belum bsa berkata-kata jika sudah menyangkut keadaan Rian. Walau mereka sekarang hanya berdua, tetapi roh Rian tetap tetap terasa dekat dengan mereka.

Mereka tetap seperti merasakan keadaan yang biasa walau mereka hanya berdua. Sampai ketika Tuhan menjawab mereka dalam mimpi,

"Rino dan Rani, ini aku, Rian. Aku sudah sangat berbahagia di pangkuan Tuhan, sahabat. Tuhan sangat baik kepadaku. Aku tidak pernah sendiri disini. Tuhan selalu menemaniku. Lihatlah, hidupku penuh dengan kebahagiaan. Aku bisa bernyanyi dengan Tuhan dan Malaikat-Malaikat Nya dan aku bisa berdansa dengan mereka. ...... Rino dan Rani, tetaplah kalian menjadi sahabatku dan sahabat bagi banyak orang. Percayalah, kita nanti akan berkumpul lagi di Kerajaan Tuhan...."

Begitu mimpi Rino dan Rani di saat yang bersamaan. Dan pagi itu, mereka menceritakan mimpi mereka dan mereka sepakat, bahwa Tuhan menginginkan untuk mereka tetap menjadi sahabat bagi semua orang, seperti kata Rian dalam mimpi mereka.

Jadilah seperti yang Tuhan dan Rian harapkan. Mereka menjadi anak-anak yang luar biasa, baik, pintar dan sangat berbudi. Orang tua mereka bangga terhadap mereka. Dan yang pasti, dengan Rian tetap 'bediri' di tengah-tengah Rino dan Rani sebagai Tiga Sekawan ......

Penulis : Valentino + Chirstie Damayanti + Christoforus Dennis + Clarensia Anastasya Michelle - Nomor peserta : 190

NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun