#42
christian timor
di masa beramai, terhempaslah reraga di depan bola mata
semerbak
hening
damai
dia dan dia tak bernama
seperti senja tanpa mentari: tiba-tiba gelap
dalamnya kesunyian hari
tangan kasar mencari
tangan lembut berayun
menyusuri kelopak waktu
'entah kapan ada temu' doa lelaki
'mungkinkan kemungkinanMu ya Rabb' tulis si putri
hari teruskan sabda alam
ranting-ranting lemah: dilepasnya dedaun
jatuh dalam peluk angin di dada rerumput
di sana jua si lelaki bertemu kemujuran
sepucuk surat berkata: kuberi kau istimewa
di sini pun si putri dihampiri: doamu menang
tapi tunggu ini bukan harinya
kejadian pun berkisah
entah apa di namakan
hari bertanggal jadi saksi
: aku putri. aku ghumi
jadilah aku kamu belum kita
ditetasnya waktu yang jua entah
terbit lagi di bawah langit dedaun tempo pertama
cerita-cerita baru saling bersahut
kecil-kecil terasa
menulis senyum di bibir berdua
menenggelamkan mereka untuk meminta
'berilah esokmu lagi' pinta si lelaki
'itu di tangan Penenunku' jawab si putri
dan
hari pun bersemi: mereka berucap salam
hujan datang: mereka berpuisi
panas tertawa: mereka berpayung
malam menakuti: mereka berdoa
lalu alam pun mengiyakan restu
: mereka jadi kita
tapi Sang Penenun mengancam
: bersumpahlah
si lelaki menangis
si putri menunduk
doa mereka jatuh bergandeng di telapak tangan malaikat
pada keberapanya hari mereka bertemu janji
'mungkinkan aku halal bagimu' doa sang putri mendarat mulus di hati si lelaki
'insyaallah, di empat april akan kau dengar para bibir berucap sah' sang lelaki menjawab
seketika semerbak harum
hening syahdu
damai menggenggam
: jadilah abadi
mampirlah jika ingin membaca tulisan teman-teman yang lain di http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2015/04/04/pdkt-inilah-perhelatan-dan-hasil-karya-peserta-event-fiksi-pdkt-735177.htmlh