Mohon tunggu...
Christian Ricko Harianto
Christian Ricko Harianto Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

saya diam, saya siapa?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat Sejarah Terbentuknya Harian Kompas

25 September 2022   14:07 Diperbarui: 26 September 2022   11:46 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anda ketika sedang menunggu lampu merah berganti hijau,

terdapat orang yang berjualan koran dan menawari anda untuk membelinya?

Dan ketika melihat koran yang ditawarkan, terdapat beragam macam koran yang dijual.

Namun juga terdapat penjual koran di jalanan yang memang di khusus kan

untuk menjual satu jenis koran saja, seperti hanya Kompas saja?

Tulisan ini akan membahas bagaimana Harian Kompas pertama kali dibentuk,

mulai dari media cetak, hingga akhirnya bisa

mengikuti perkembangan zaman untuk menjadi jurnalisme multimedia.

warkota.tribunnews.com
warkota.tribunnews.com
  • Awal Mula Terbentuk

Harian Kompas merupakan surat kabar yang berdiri di Indonesia dan memiliki kantor pusat di Jakarta.

Kompas ini diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara dan menjadi bagian dari Kompas Gramedia (KG).

Pada tahun 1965, Panglima AD Letjen Achmad Yani mengusulkan pada Drs Frans Seda untuk bisa memiliki

sebuah media pada Partai Katolik nya.

m.atmajaya.ac.id
m.atmajaya.ac.id

Kemudian Drs Frans Seda meminta Petrus Kanisius Ojong (almarhum)

dan Jakob Oetama (almarhum) yang merupakan rekannya untuk membantunya.

Yang mana, saat itu pada tahun 1965 Petrus Kanisius Ojong (almarhum)

menjabat sebagai redaktur mingguan "Penabur"

dan Jakob Oetama (almarhum) menjabat sebagai redaktur mingguan "Star Weekly"

Melalui bantuan meminta Petrus Kanisius Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama (almarhum)

yang akhirnya menjadi pendiri dari

Harian Kompas, terbentuklah yayasan bernama Bentara Rakyat

untuk menerbitkan koran yang saat itu akan dinamai Bentara Rakyat.

  • Bentara Rakyat

Nama Bentara ini dipilih untuk memenuhi selera masyarakat Flores,

karena di Flores memiliki majalah yang terkenal bernama Bentara.

Dan nama Rakyat dipilih untuk menyaingi Harian Rakyat yang komunis,

ditujukan agar membuktikan bahwa rakyat bukanlah monopoli PKI

Pada proses izin terbit, Drs Frans Seda mengatakan bahwa tidak mudah

untuk mendapat izin terbit walaupun terdapat izin dari Bung Karno.

Hal ini dikarenakan adanya aparatur perizinan yang dikuasai PKI.

Setelah adanya izin prinsip dari pusat, penerbit harus memberi konfirmasi

kembali pada Daerah Militer V Jaya.

Setelah itu, juga terdapat syarat terakhir untuk bisa diterbitkan,

yaitu harus terdapat bukti jika sudah memiliki langganan paling sedikit 3000 orang.

  • Pemilihan Nama Kompas

gramedia.com
gramedia.com

Nama Kompas diberikan oleh Ir. Soekarno saat itu ketika Drs Frans Seda tengah menghadap beliau

ketika koran sudah terdapat izin terbit. Drs Frans Seda ditanya apa nama koran yang hendak dirinya

terbitkan itu, ketika Seda menjawab Bentara Rakyat, Bung Karno hanya tersenyum dan berkata bahwa

"Aku akan memberi nama yang lebih bagus, Kompas! Tahu toh apa itu Kompas? Pemberi arah dan

jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba!" Drs Frans Seda dengan redaksi dan yayasan

akhirnya setuju untuk mengubah nama Bentara Rakyat menjadi Kompas.

sc: pribadi
sc: pribadi
  • Penerbitan Koran Kompas Pertama

kaltim.tribunnews.com
kaltim.tribunnews.com

28 Juni 1965 merupakan waktu dimana Kompas menerbitkan koran pertamanya dengan 4 halaman.

Pada saat itu tahun 1965 terjual habis 4.828 koran dengan tarif harga Rp 500/ bulan.

  • Kendala Kompas

Melalui perjalanan media Kompas, tidaklah selalu berjalan mulus.

Pada tahun 1966 hingga 1968, krisis kertas mendatangi media koran di Indonesia.

Krisis kertas ini membuat koran Kompas merevisi beberapa kali ukuran kertas yang dibuatnya.

Dari yang awalnya 4 halaman, berubah menjadi 2 halaman.

Dari yang awal memiliki lebar halaman 43 cm menjadi 30 cm, dengan 5 hingga 6 kolom.

Tidak hanya krisis kertas, Kompas juga pernah mengalami penghentian penerbitan secara paksa oleh Letkol Anas Malik

pada 20 Januari 1978. Hal ini dikarenakan adanya isu yang dilakukan mahasiswa untuk

menolak Soeharto mencalonkan diri kembali sebagai Presiden. Namun, setelah sebulan dari

penghentian penerbitan secara paksa ini, akhirnya Harian Kompas kembali menerbitkan koran pada 6 Februari 1978.

  • Akses Digital Pada Harian Kompas

screenshot
screenshot

Dilansir dari Kompas.com, Yopie Hidayat  mengatakan bahwa adanya edisi digital pada

Harian Kompas tidak hanya mengikuti adanya

perkembangan teknologi informasi namun juga memenuhi permintaan pembaca.

2 Juli 2008  merupakan waktu dimana, Harian Kompas muncul di Internet dalam bentuk e-paper.

Kemudian dalam membentuk inovasi baru, Harian Kompas membentuk website dengan nama

Kompas.id sebagai platform media literasi koran digital dengan beragam fitur di dalamnya.

Itulah alur atau proses bagaimana Harian Kompas mulai terbentuk dari yang awalnya dari media koran saja,

sekarang sudah berubah menjadi media digital yang menjadikan Harian Kompas menjadi

bahan informasi online yang bisa kita gunakan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun