Pernahkah anda ketika sedang menunggu lampu merah berganti hijau,
terdapat orang yang berjualan koran dan menawari anda untuk membelinya?
Dan ketika melihat koran yang ditawarkan, terdapat beragam macam koran yang dijual.
Namun juga terdapat penjual koran di jalanan yang memang di khusus kan
untuk menjual satu jenis koran saja, seperti hanya Kompas saja?
Tulisan ini akan membahas bagaimana Harian Kompas pertama kali dibentuk,
mulai dari media cetak, hingga akhirnya bisa
mengikuti perkembangan zaman untuk menjadi jurnalisme multimedia.
Awal Mula Terbentuk
Harian Kompas merupakan surat kabar yang berdiri di Indonesia dan memiliki kantor pusat di Jakarta.
Kompas ini diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara dan menjadi bagian dari Kompas Gramedia (KG).
Pada tahun 1965, Panglima AD Letjen Achmad Yani mengusulkan pada Drs Frans Seda untuk bisa memiliki
sebuah media pada Partai Katolik nya.
Kemudian Drs Frans Seda meminta Petrus Kanisius Ojong (almarhum)
dan Jakob Oetama (almarhum) yang merupakan rekannya untuk membantunya.
Yang mana, saat itu pada tahun 1965 Petrus Kanisius Ojong (almarhum)
menjabat sebagai redaktur mingguan "Penabur"
dan Jakob Oetama (almarhum) menjabat sebagai redaktur mingguan "Star Weekly"
Melalui bantuan meminta Petrus Kanisius Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama (almarhum)
yang akhirnya menjadi pendiri dari
Harian Kompas, terbentuklah yayasan bernama Bentara Rakyat
untuk menerbitkan koran yang saat itu akan dinamai Bentara Rakyat.
Bentara Rakyat
Nama Bentara ini dipilih untuk memenuhi selera masyarakat Flores,
karena di Flores memiliki majalah yang terkenal bernama Bentara.
Dan nama Rakyat dipilih untuk menyaingi Harian Rakyat yang komunis,
ditujukan agar membuktikan bahwa rakyat bukanlah monopoli PKI
Pada proses izin terbit, Drs Frans Seda mengatakan bahwa tidak mudah
untuk mendapat izin terbit walaupun terdapat izin dari Bung Karno.
Hal ini dikarenakan adanya aparatur perizinan yang dikuasai PKI.
Setelah adanya izin prinsip dari pusat, penerbit harus memberi konfirmasi
kembali pada Daerah Militer V Jaya.
Setelah itu, juga terdapat syarat terakhir untuk bisa diterbitkan,
yaitu harus terdapat bukti jika sudah memiliki langganan paling sedikit 3000 orang.
Pemilihan Nama Kompas
Nama Kompas diberikan oleh Ir. Soekarno saat itu ketika Drs Frans Seda tengah menghadap beliau
ketika koran sudah terdapat izin terbit. Drs Frans Seda ditanya apa nama koran yang hendak dirinya
terbitkan itu, ketika Seda menjawab Bentara Rakyat, Bung Karno hanya tersenyum dan berkata bahwa
"Aku akan memberi nama yang lebih bagus, Kompas! Tahu toh apa itu Kompas? Pemberi arah dan
jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba!" Drs Frans Seda dengan redaksi dan yayasan
akhirnya setuju untuk mengubah nama Bentara Rakyat menjadi Kompas.
Penerbitan Koran Kompas Pertama
28 Juni 1965 merupakan waktu dimana Kompas menerbitkan koran pertamanya dengan 4 halaman.
Pada saat itu tahun 1965 terjual habis 4.828 koran dengan tarif harga Rp 500/ bulan.
Kendala Kompas
Melalui perjalanan media Kompas, tidaklah selalu berjalan mulus.
Pada tahun 1966 hingga 1968, krisis kertas mendatangi media koran di Indonesia.
Krisis kertas ini membuat koran Kompas merevisi beberapa kali ukuran kertas yang dibuatnya.
Dari yang awalnya 4 halaman, berubah menjadi 2 halaman.
Dari yang awal memiliki lebar halaman 43 cm menjadi 30 cm, dengan 5 hingga 6 kolom.
Tidak hanya krisis kertas, Kompas juga pernah mengalami penghentian penerbitan secara paksa oleh Letkol Anas Malik
pada 20 Januari 1978. Hal ini dikarenakan adanya isu yang dilakukan mahasiswa untuk
menolak Soeharto mencalonkan diri kembali sebagai Presiden. Namun, setelah sebulan dari
penghentian penerbitan secara paksa ini, akhirnya Harian Kompas kembali menerbitkan koran pada 6 Februari 1978.
Akses Digital Pada Harian Kompas
Dilansir dari Kompas.com, Yopie Hidayat mengatakan bahwa adanya edisi digital pada
Harian Kompas tidak hanya mengikuti adanya
perkembangan teknologi informasi namun juga memenuhi permintaan pembaca.
2 Juli 2008 Â merupakan waktu dimana, Harian Kompas muncul di Internet dalam bentuk e-paper.
Kemudian dalam membentuk inovasi baru, Harian Kompas membentuk website dengan nama
Kompas.id sebagai platform media literasi koran digital dengan beragam fitur di dalamnya.
Itulah alur atau proses bagaimana Harian Kompas mulai terbentuk dari yang awalnya dari media koran saja,
sekarang sudah berubah menjadi media digital yang menjadikan Harian Kompas menjadi
bahan informasi online yang bisa kita gunakan saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H